Wawancara dengan Sekjen DPN Partai Gelora, H Mahfuz Sidik MSi, Gelora, Kenapa Harus Ada Parpol Baru?

Wawancara dengan Sekjen DPN Partai Gelora, H Mahfuz Sidik MSi, Gelora, Kenapa Harus Ada Parpol Baru?

Sekjen DPN Partai Gelora, Drs Mahfuz Sidik MSi-istimewa-RADAR INDRAMAYU

Paska 2009 sebagai aksi dan reaksi terhadap ide reformasi internal, muncullah fragmentasi plus stigmatisasi. Misalnya ada faksi keadilan dan faksi kesejahteraan. Ada faksi konservatif dan faksi liberal. Hingga berkembang lebih jauh pada penyebaran isu kudeta.

BACA JUGA:Polres Indramayu Amankan 275.500 Butir Petasan

Tanya:
Bukankah Pak Anis Matta didapuk sebagai Presiden PKS menggantikan Luthfi Hasan Ishaq, dan berhasil menyelamatkan PKS pada pemilu 2014?

Jawab:
Benar. Anis Matta –sekarang Ketua Umum Partai Gelora Indonesia –didaulat menjadi pengganti pemimpin partai pada awal 2013. Ini pemimpin untuk mengatasi krisis, seperti pemadam kebakaran.
Alhamdulillah, Pilkada di Jawa Barat, Sumatera Utara dan Maluku Utara berhasil dimenangkan. Pada pemilu 2014 masih dapat meraih 40 kursi DPR RI. Paska pemilu, tepatnya Agustus 2015, Anis Matta diganti dari jabatan pimpinan partai. Mungkin dianggap tugas pokoknya sudah selesai.

Tanya:
Sejak disingkirkan dari posisi pimpinan, apa yang dilakukan Pak Anis Matta?
Jawab:
Kami melanjutkan kajian tentang ide reformasi internal. Seperti apa konstruksi dari moderasi pemikiran politik dan bagaimana modernisasi organisasi partai.
Perlu dipahami, sejak awal 2010 di dunia Islam terjadi fenomena Arab Spring dan berlanjut dengan Kontra Arab Spring. Fenomena ini menggambarkan situasi meningkatnya harapan dan capaian masyakarat terhadap kekuatan-kekuatan politik Islam di banyak Negara muslim. Namun pada saat yang sama, ada perlawanan balik dari kekuatan-kekuatan lama yang akhirnya menjungkirbalikkan kekuasaan yang baru diraih. Menurut kami ada sejumlah factor penyebab arus balik yang menjungkirbalikkan kekuasaan partai-partai Islam ini. Pertama, konsepsi pemikiran politik yang didasari pemilahan antara jamaah atau partai dengan negara.

BACA JUGA:Produksi dan Distribusi Daihatsu di Indonesia Tetap Berjalan Normal

Sehingga kekuatan politik Islam ini selalu dicurigai memiliki agenda tersembunyi ingin mengubah eksistensi negara. Kedua, model organisasi jamaah atau partai yang tertutup, eksklusif. Kekuatan politik Islam hadir mewakili kepentingan satu entitas, bukan atau belum mewakili keseluruhan dari warga masyarakat. Akibatnya selalu ada jarak dengan komponen masyarakat dan kekuatan politik lain.

Tanya:
Lalu Partai Gelora sekarang, apa hal-hal baru yang membedakannya dengan yang lama?

Jawab:
Pertama, konstruksi pemikiran politik kami diintegrasikan dengan negara. Partai Gelora berasas Pancasila, tujuan organisasinya mengaju kepada tujuan negara dalam konstitusi.
Organisasinya terbuka untuk semua warga Negara dan menguatkan jatidiri sebagai bangsa Indonesia dengan segala keberagamannya.
Kedua, kami membawa visi membangun Indonesia menjadi kekuatan 5 besar dunia; secara ekonomi, teknologi, militer, politik dan budaya. Kelima hal ini adalah pilar bagi kekuatan superpower dunia.

BACA JUGA:Yuk Simak Tips Penggunaan Gadget dari Psikolog

Tanya:
Kenapa Partai Gelora mengedepankan visi 5 Besar Dunia?
Jawab:
Sejak 2015 kami juga melakukan kajian mendalam tentang fenomena perubahan dunia atau global trends. Kesimpulan kajian kami bahwa dunia dalam 10 tahun mendatang akan mengalami krisis global yang sistemik.  
Krisis ini dipicu oleh mulai tidak cocoknya tatanan dunia yang dibangun paska perang dunia kedua, perkembangan teknologi komunikasi-informasi, ledakan populasi dunia yang tidak seimbang dengan ketersediaan sumberdaya alam, dan munculnya kekuatan-kekuatan baru yang menantang supremasi Amerika Serikat sebagai negara adidaya lama.

Krisis ini menjadi jalan atau pintu masuk bagi pembentukan tatanan baru dunia. Sangat mungkin terjadi konflik di banyak Negara sampai kemungkinan perang berskala kawasan. Kami tidak memprediksi terjadinya pandemi global saat itu.

Tanya:
Wah prediksi krisis itu banyak jadi kenyataan ya?

Jawab:
Bahkan datang lebih cepat dari yang kami duga. Perang supremasi antara Amerika Serikat dengan Tiongkok telah mengambil medan tempur di banyak bidang dan tempat.
Perang Rusia-Ukraina juga harus dibaca sebagai perang antara Rusia dengan Amerika Serikat dan sekutu Eropanya. Pandemi covid-19 seperti peluru kendali berhulu ledak nuklir untuk menghancurkan jaringan kekuatan ekonomi global Tiongkok. Setiap Negara tidak boleh lemah dalam situasi krisis global ini, karena ia dapat menjadi korban.

BACA JUGA:Yuk Simak Tips Penggunaan Gadget dari Psikolog

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: