Pemdes Tinumpuk Ikuti Lomba Desa Tingkat Kabupaten

Pemdes Tinumpuk Ikuti Lomba Desa Tingkat Kabupaten

saMBUT TiM penilai: Kuwu Tinumpuk eka (kanan) menyambut tim penilai lomba Desa Tingkat Kabupaten indramayu.--

Radarindramayu, JUNTIYUAT - DESA Tinumpuk Kecamatan Juntinyuat Kabuaten Indramayu, mendapat kepercayaan untuk mewakili Kecamatan Juntinyuat dalam Lomba Desa tingkat Kabupaten Indramayu.

Desa yang memiliki 1.524 kepala keluarga (KK) itu mempunyai potensi yang luar biasa apabila dibandingkan dengan desa lainnya di Bumi Woralodra.

Salah satunya adalah sebagai desa yang dijadikan titik pantau dalam penilaian Lomba Adipura Kabuapten Indramayu.

Hal ini yang mengantarkan Kabupaten Indramayu selalu meraih penghargaan Adipura tingkat nasional. Sehingga sangatlah wajar jika desa yang mayoritas penduduknya sebagai petani itu ikut dalam kegiatan lomba desa tersebut.

BACA JUGA:Konvoi Khilafah di Cawang hingga Brebes, Respons Kemenag: Mengancam Kedaulatan Politik Negara

Desa yang dipimpin oleh Eka Munandar ini, selain menjadi titik pantau penilaian Lomba Adipura, karena di desa tersebut memang ada program yang namanya IMasaro yang merupakan kepanjangan dari Indramayu Manajemen Sampah Zero.

Kegiatan ini, kata Eka, berawal dari program pemerintah yang menginginkan mantan buruh migran mampu memberdayakan keluarganya. Sehingga, tidak harus selamanya menjadi buruh migran.

Desa yang dipimpinnya, kata Eka, ada kelompok pemerhati TKI atau saat ini disebut buruh migran Indonesia. “Sampai sekarang ada ratusan anggota yang tergabung dalam Ikatan Buruh Migran Tinumpuk (Ibu Tin),” jelas Kuwu Eka.

BACA JUGA:Dana Haji Kurang Rp1,5 Triliun, DPR Heran ke Menag Yaqut

Menurutnya, Ibu Tin itu menjadi solusi bagi para mantan buruh migran atau PMI. Mereka, kata Eka, mampu melakukan berbagai inovasi dalam menumbuhkembangkan ekonomi keluarga.

Salah satu kegiatan yang sekarang berjalan adalah produksi teh jinten yang terbuat dari daun jinten pilihan. Potensi desa ini lah menjadi penghasilan keluarga bagi masyarakat setempat.

Di samping itu, lanjutnya, ada bank sampah di mana para purna migran bisa menjual sampah melalui Ibu Tin.

“Melalui bank sampah, mereka bisa menjual sampah melalui Ibu Tin dan setiap tahun sekali para anggota yang menjual sampah itu dapat tunjangan hari raya (THR) berupa sembako,” tuturnya.

BACA JUGA:Momen Fia Barlanti Cuek dan Palingkan Muka di Sebelah H Sondani, Tapi Tetap Mesra

Menurut Eka, bank sampah ini benar-benar berjalan di tengah masyarakat. Hal ini, tak terlepas dengan para aktivis buruh migran yang komandoi Ibu Mutiah dan Bapak Madlan.

“Pemberdayaan mantan buruh migran ini sejalan dengan Program Bupati Hj Nina Agustina yakni Program Perempuan Berdikari (Pe-Ri) yang merupakan program unggulan bupati,” imbuh purnawirawan TNI ini.

Ditambahkannya, dengan pemerdayaan ekonomi masyarakat di kalangan mantan buruh migran itu benar-benar dirasakan manfaatnya. Sehingga, lanjutnya, bisa mengurangi masyarakat untuk bisa berusaha mandiri. Tanpa harus kembali menjadi TKW keluar negeri lagi.

BACA JUGA:25 Orang Terjaring Operasi, Diberikan Siraman Rohani di Polres Ciko

”Kami berharap pemberdayaan masyarakat terutama dari kalangan PMI ini bisa memberikan nilai lebih pada tim penilai Lomba Desa Tingkat Kabupaten Indramayu,” harapnya.

Ketua Kelompok Community Based Organization (CBO) atau Kelompok berbasis komunitas, Mutiah menjelaskan, dalam kegiatannya Ibu Tin diberi support pendanaan oleh organisasi Tifa yang digandeng oleh Bank Dunia.

Dengan bantuan pendanaan ini, kata Mutiah, organisasi dapat berjalan dan berkembang dalam bidang usahanya dan keuntungannya dapat menjalankan tugas pokoknya yaitu memberikan edukasi terhadap calon TKI dan keluarganya terhadap informasi regulasi dan prosedur legal formalnya sehingga mereka paham dan tidak jadi korban penipuan oleh orang yang tidak bertanggungjawab.

”Alhamdulillah, ogranisasi ini bisa memberikan manfaat terutama bagi PMI yang ada di desanya,” jelasnya.

Sehingga, di tahun 2014 lalu, CBO Ibu-Tin ini, meluncurkan program baru yaitu Unit Usaha Bank sampah dengan nama Bank Sampah “Berseri”.

Asumsinya, dengan adanya bank sampah dapat dikolaborasikan dengan usaha simpan pinjam yaitu keuangan bank sampah yang konsepannya menabung dikelola tabungannya di usaha simpan pinjam dan calon nasabah.

“Simpan pinjam diwajibkan menjadi nasabah bank sampah dahulu dengan batas tabungan minimal 50 kg kemudian baru dapat mengakses simpan pinjam. Dengan adanya kolaborasi ini masyarakat yang semula enggan menabung akhirnya sedikit demi sedikit mau menabung sehingga dapat menambah permodalan,” tuturnya.

Mutiah berharpa, usaha simpan pinjam dapat menambah nasabah bank sampah, sehingga dalam kegiatan pengumpulan warga masyarakat dalam edukasi semakin banyak dan semakin ramai. (dun)

BACA JUGA:Senjata Yubo

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: