Senyum Harapan di Usia Senja Mimi Sunarih Perajin Terakhir Tenun Gedogan 

Senyum Harapan di Usia Senja Mimi Sunarih Perajin Terakhir Tenun Gedogan 

LESTARIKAN: Mimi Sunarih (70) tahun sedang melakukan aktivitas menenun di kediamannya di Gang Kesan, Desa Juntikebon, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu, Sabtu(12/10/2024).-Anang Syahroni-RADAR INDRAMAYU

BACA JUGA:Kementerian PUPR dan OIKN Mulai Pembangunan Batch 2 di IKN

Sampai sekarang di Desa Juntikebon, Kecamatan Juntinyuat hanya tersisa satu perajin yang masih menekuni dan melestarikan Tenun Gedogan.

Faktor lain penyebabnya karena mayoritas para penenun yang tersisa keahliannya tidak diturunkan lagi ke anak-anak mereka yang perempuan.

Sedangkan untuk dapat menghasilan Tenun Gedogan dengan ukuran lebar 60 centimeter, dan panjang 3 meter, kualitas baik, penenun membutuhkan waktu pengerjaan selama 4 hari bahkan bisa satu minggu.

Padahal harga jual kain perlembarnya Rp 200- 300 ribu saja.

BACA JUGA:Fakta Menarik! Jay Idzes Sudah Mainkan 6 Laga Bersama Timnas Indonesia Tanpa Kekalahan, Rekor Sempurna!

"Tinggal mimi sendiri, kalau dilihat dari segi penghasilan dari nenun ya lumayan, untuk nambah penghasilan, tapi paling penting bagi mimi bisa terus melestarikan Tenun Gedogan yang telah diwariskan orang tua dulu," katanya.

Mimi Sunarih, saat ini mengaku senang, hal itu karena penantiannya selama ini dalam menjaga eksistensi Tenun Gedogan bisa terus terjaga dari generasi ke generasi akhirnya terjawab sudah.

Melalui program Tanggul Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) dari PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) RU VI Balongan yang memberikan bantuan berupa satu unit Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM), yang mempermudah dan mempercepat proses tenun.

Pasalnya dengan alat tersebut proses menenun lebih mudah dan cepat jika dibandingkan dengan alat tenun tradisional.

BACA JUGA:Cabup Petahana Nina Sudah Terbukti, Cukup Bawa KTP Bisa Berobat Gratis

Hal itu yang membuat banyak masyarakat yang sekitar yang datang dan berminat belajar menenun secara langsung darinya.

Apalagi hanya dirinya saja satu-satunya penenun Kain Gedogan yang ada di Desa Juntikebon, Kecamatan Juntinyuat, bahkan di Kabupaten Indramayu yang masih tersisa.

"20 orang yang ikut tapi yang aktif  belajar hanya 7 sampai 10 orang saja, termasuk cucu mimi sendiri, walaupun yang hanya sebatas menenun saja.

"Sedangkan proses awal seperti ngerek benang sampai menyambung benang yang putus masih dilakukan mimi, untuk benang yang digunakan bukan benang yang biasa di pakai saat gunakan alat tenun tradisional," tuturnya.

BACA JUGA:Gegara Wasit, Bahrain Dilanda Serangan Siber dan Peretasan, Banyak Ditempat Dinamai AFC Mafia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: