Arab Saudi, Pernah 2 Kali Runtuh, Penguasa Sekarang Merupakan Generasi ke-3 Dinasti al-Saud

Arab Saudi, Pernah 2 Kali Runtuh, Penguasa Sekarang Merupakan Generasi ke-3 Dinasti al-Saud

Arab Saudi merupakan negara yang beberapa kali runtuh, namun kini mendapat sokongan kuat dari Inggris dan Amerika Serikat.-Foto: Mohammed Lahi via Kingdom Saudi Arabia-radarindramayu.id

BACA JUGA:Ranking FIFA Negara Asia Tenggara: Thailand Teratas, Indonesia Langkahi Malaysia

Ada peristiwa aneh dan unik sebelum sang penista dieksekusi di alun-alun Hagia Sophia. Abdullah bin Saud dipaksa mendengarkan suara musik kecapi Turki.

Suara kecapi itu merupakan penghinaan kepadanya. Sebab seperti diketahui, Sang Emir memang mengharamkan musik.

Setelah kematian Sang Emir dan kekalahannya melawan Turki Usmani, negara Saudi pertama akhirnya runtuh.

Hanya saja pasca peperangan tersebut, sisa-sisa dari keluarga Saud itu berhasil meloloskan diri dari kejaran pasukan Usmani. Mereka melakukan konsolidasi.

BACA JUGA:Shin Tae-yong Ogah Lirik Striker 100 Gol Milik Persib Bandung, Padahal Sudah Ajukan Permohonan Naturalisasi

Pada tahun 1824 di Kota Nejd, mereka memproklamirkan kerajaan baru. Mereka pun  di Nejd tidak lagi melakukan ekspansi ke wilayah Usmani.

Di era ini dikenal dengan negara Saudi kedua. Namun, tak seperti yang pertama, ada banyak konflik internal terjadi sehingga negara ini melemah.

Pada akhirnya pada tahun 1891, dinasti ini ditaklukan oleh Dinasti Rasyidi dari Ha'il. Keluarga besar Bani al-Saud kembali terpencar dan hidup dalam pengasingan.

Saat Perang Dunia I pecah, pemimpin dinasti al Saud, yaitu Abdul Aziz, memanfaatkan kesempatan. Dia kembali ke Najd. Dia pun menaklukkan wilayahnya yang dicaplok Dinasti Rasyidi.

BACA JUGA:Usai Roberto Mancini Korban STY, Kini Graham Arnold Pelatih Australia Mengundurkan Diri Sebagai Pelatih

Untuk kali ini, dalam rangka memperoleh kekuasaan kembali, dia mendapat banyak dukungan. Terutama dari kaum akar rumput Badui-Wahabi.

Usaha untuk merebut kekuasaan ini berhasil. Najd berhasil dikuasai kembali oleh al-Saud. Tetapi dia ingin lebih dari itu. Maunya menguasai seluruh penjuru jazirah Arab.

Untuk mewujudkan ambisinya itu, hanya Inggris yang bisa membantunya. Dia pun mendekati Inggris. Dukungan pun bisa terwujud.

Dukungan Inggris itu diwujudkan dalam perjanjian Jeddah tahun 1927. Isinya Inggris mengakui Kerajaan Hijaz dan Nejd sebagai negara merdeka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: