Pro-Kontra! Tolak Study Tour Silakan, Jangan Rendahkan Profesi Guru
ilustrasi-dok-RADAR INDRAMAYU
BACA JUGA:Study Tour, Sekolah Harus Kantongi Surat Rekomendasi Dishub
“Penyedia layanan tournya siapa, track record sopirnya bagaimana, kelayakan kendaraannyaa bagaimana itu sudah harus dijelaskan selain soal tempat dan biayanya. Karena sopir itu harus tahu bagaimana menguasai betul rutenya dan kondisi jalannya," tegas Guru Besar IAIN Syekh Nurjati Cirebon itu.
Biasanya, dalam kegiatan study tour tidak hanya diikuti para siswa saja, tetapi oleh para guru yang bertugas mendampingi para siswa. Nah, bagi sebagian kalangan, hal ini memunculkan kecurigaan bahwa kegiatan itu hanya sebagai ajang mencari cuan saja bagi pihak sekolah. Para siswa yang hanya disuruh membayar, sementara para guru turut menikmatinya.
Padahal, belum tentu juga prasangka itu benar. Bisa jadi, sambung Prof Adang, pihak sekolah juga telah menyediakan anggaran khusus untuk keikutsertaan para guru tersebut. Untuk menghilangkan syak wasangka tersebut, Prof Adang meminta kepada para orang tua siswa untuk lebih pro aktif dalam meminta penjelasan mengenai kegiatan study tour tersebut kepada pihak penyelenggara.
Seyogyanya, orang tua dan komite sekolah harus lebih kritis dengan meminta transparansi pada pihak sekolah terkait biaya dan paket wisatanya. “Saya kira kalau itu sudah dilakukan (keterbukaan terkait biaya, red) itu sudah selesai. Tidak akan ada lagi kecurigaan. Daripada menaruh kecurigaan di belakang, lebih baik langsung menanyakannya," tandasnya.
BACA JUGA:Perketat Izin Study Tour, Pj Gubernur Jawa Barat Keluarkan Edaran
Senada disampaikan Akademisi Fakultas Pendidikan dan Sains (FPS) Universitas Swadaya Gunung Jati (UGJ) Cirebon, Hendriwanto MPd. Ia memgatakan, study tour itu bagus sebagai upaya menciptakan pendidikan di luar sekolah dan pembelajaran di lapangan.
Dengan study tour, kata Hendriwanto, siswa bisa memiliki kesehatan mental yang bagus. “Riset juga berkata siswa yang memiliki waktu untuk study tour lebih memiliki keseimbangan emosi dan pikiran," kata Hendriwanto.
Hanya saja, Dosen Bahasa Inggris ini menggarisbawahi bagaimana study tour ini bisa efektif dan tidak terlalu membebani siswa dan orang tua. “Kalau memang memberatkan, bisa saja sekolah tak perlu memaksakan kepada siswa untuk itu. Kalau sampai memaksa, maka berdampak terhadap psikologi siswa dan berimbas kepada orang tua," terangnya.
Hendriwanto tidak sepakat persoalan study tour berimbas terhadap guru dengan menghujat profesi guru. Bagaimanapun juga, kata dia, guru itu profesi yang harus dihormati karena guru memiliki tugas berat mengantarkan siswanya menjadi calon pemimpin di masa depan.
BACA JUGA:Mengenal Jenis Handgrip Sepeda Motor
“Kalau profesi guru sampai direndahkan, lalu siapa yang akan mendidik siswa siswa di sekolah? Mengkritik guru boleh, tapi jangan menghinakan profesi guru," tegasnya.
Terpisah, Kepala Disdik Kabupaten Cirebon H Ronianto SPd MM mengatakan insiden di Subang akan dijadikan bahan evaluasi oleh pihaknya. “Musibah tentu tidak ada yang mengharapkan. Yang terpenting sekarang adalah bagaimana situasi seperti ini tidak terjadi lagi. Ini bahan evaluasi buat kami juga nantinya," ujar Ronianto, kemarin.
Ia mengakui sudah menerima edaran dari Penjabat Gubernur Jawa Barat terkait pelaksanaan study tour. Menurut dia, dalam edaran tersebut tidak berisi larangan. Melainkan agar pihak sekolah dan Dinas Pendidikan lebih ketat dan memprioritaskan keselamatan dengan menggunakan kendaraan yang dalam kondisi baik.
“Maka, kami sudah komunikasi langsung dengan Dishub. Kita akan kerja sama. Setiap sekolah yang melaksanakan study tour, kendaraannya harus diperiksa dulu kelayakannya. Ini untuk langkah keamanan," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: