Harga Garam Krosok Terus Melonjak, Usaha Telur dan Ikan Asin Terancam Berhenti

Harga Garam Krosok Terus Melonjak, Usaha Telur dan Ikan Asin Terancam Berhenti

MELONJAK: Harga garam krosok melonjak hingga tembus Rp3000 per kilogram. Lonjakan ini terjadi sejak datangnya musim penghujan yang membuat produksi garam krosok menurun.-KHOLIL IBRAHIM-RADAR INDRAMAYU

Radarindramayu.id, LOSARANG-Harga garam krosok lagi naik daun. Gara-gara langka, harganya sampai kelewatan. Mepet-mepet harga gabah, tembus Rp3000/kilogram. Naik berlipat-lipat dari yang semula cuma Rp30 ribu per karung isi 50 kilogram, kini sampai di angka Rp150 ribu.

Lonjakan fantasis ini terjadi sejak sebulan lalu, berbarengan dengan datangnya musim penghujan.
Saat itulah, produksi garam krosok menurun yang berimbas melonjaknya harga garam. Hujan yang kerap terjadi, selain berimbas pada proses produksi juga berimbas pada proses pendistribusian.

Petani garam asal Kecamatan Losarang, Ali Mustadi membenarkannya. Harga garam di lapak penjual sudah bertengger di harga Rp3000 sekilo. Sedangkan garam yang masih berada di lahan petani masih di kisaran Rp2000 per kilogram.

“Di lahan petani harganya sekitar Rp2000 sekilo. Tapi kalau posisinya sudah di lapak penjual bisa jadi harganya Rp3000 per kilonya. Karena dihitung biaya angkut, transportasi, gudang dan sebagainya,” sebutnya kepada Radar Cirebon, Jumat (4/11).

BACA JUGA:Akhirnya Pelaku Tabrak Lari Berhasil Diamankan

Menurutnya, saat ini tata niaga garam bergantung mekanisme pasar. Sehingga ketika stok garam lagi menipis atau kosong, harganya menjadi mahal. Namun sebaliknya, ketika cuaca normal, produksi naik dan stok melimpah, harga garam sehancurnya. Pernah dihargai Rp200 perkilo

Kondisi ini membuat petani garam semringah. Tapi berbeda dengan pelaku usaha yang mengandalkan garam krosok sebagai bahan baku yang harus tercukupi kebutuhannya.

Seperti Midi, perajin telor asin asal Kecamatan Anjatan. Ia mengaku, tingginya harga garam membuat usahanya ketar-ketir. Diapun tidak bisa lagi memproduksi telor asin besar-besaran karena melambungnya harga garam. Untuk mengurangi beban modal, iapun berencana menaikkan harga telor asin.

“Perminggu kebutuhan garam mencapai 2 kuintal, jadinya modal untuk membeli garam menjadi naik hampir 5 kali lipat dari biasanya. Rencananya mau naikkan harga telor asin, tapi belum dihitung berapa-berapanya,” ujarnya.
Kesusahan serupa dialami Rudi, pengusaha pengolahan ikan asin di pantura Eretan. Usahanya terancam berhenti.

BACA JUGA:PLTU Indramayu Sudah Proper Hijau, Percontohan Nasional untuk K3L

Lantaran kesulitan mendapatkan garam, ditambah lagi cuaca yang kurang mendukung.
“Terpaksa menurunkan produksi hanya sesuai permintaan pasar. Disamping memang, sekarang bahan baku ikan asin juga lagi susah karena cuaca buruk,” katanya.

Setahu dia, langkanya bahan baku pembuatan ikan asin itu, dikarenakan tidak maksimalnya hasil produksi petani garam. Termasuk di Kabupaten Indramayu yang menjadi lumbung garam bagi para produsen ikan asin lokal.

BACA JUGA:Selesaikan SUTT 150 kV Batang-Weleri, Sistem Kelistrikan Batang Semakin Andal

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: