Petani Minta Pemerintah Jaga Harga Gabah

Petani Minta Pemerintah Jaga Harga Gabah

MULAI NAIK: Harga gabah di tingkat petani mulai naik. Harga beras saat ini yang masih stabil juga diperkirakan bakal mengikuti.--


Radarindramayu.id, KANDANGHAUR-Penyesuaian harga BBM bersubsidi membawa efek bola salju ke berbagai sektor. Tak terkecuali para petani di Kabupaten Indramayu.

Naiknya harga solar dan pertalite, membuat biaya operasional pertanian ikut membengkak. “Pasti ikut naik semua. Biaya produksi nambah besar,” keluh Cariman, petani asal Kecamatan Kandanghaur, belum lama ini.

Ia mengaku sempat semringah ketika mengetahui harga gabah kering panen (GKP) musim panen sadon tahun ini berada dikisaran Rp520-530 ribu per kuintal.

Cariman pun membayangkan bisa melunasi tunggakan utang, menutup biaya sekolah kedua anaknya dan cicilan angsuran sepeda motornya yang bakal jatuh tempo.

BACA JUGA:BRI Kanca Jatibarang Resmikan Kantor Baru BRI Unit Bongas

Namun, tiba-tiba bapak tiga orang anak ini gundah setelah mendengar pengumunan jika harga BBM bersubsidi naik.

Dia lantas membayangkan biaya operasional mengolah sawahnya di musim rendeng nanti tentu ikut membengkak. Otomatis keuntungan yang didapat dari penjualan gabah hasil panennya kali ini menipis, atau malah buntung.

Situasi serupa juga dirasakan Waryono Batak. Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kecamatan Kandanghaur ini memastikan, biaya produksi pertanian bakal melonjak.

Seperti biaya untuk sewa traktor, grabak (pemotong padi) sampai upah tanam. Belum lagi pembelian pupuk dan obat-obatan.

BACA JUGA:Tes Urine Dadakan di Propam Mako Polresta Cirebon, Semua Negatif Narkoba

“Sewa traktor buat bajak sawah kemarin Rp1 juta, bisa jadi nanti musim rendeng naik jadi Rp1,3 sampai 1,5 juta. Belum sewa grabak yang tadinya Rp900 ribu, gak tahu panen nanti berapa. Pastinya naik,” ungkapnya.

Dari hasil hitungannya, biaya operasional untuk lahan sawah seluas 1 hektare bakal menelan biaya sekitar Rp10-11 juta. Naik Rp2 sampai 3 juta dari sebelumnya.

Sedangkan di lapangan, hasil pertanian cenderung fluktuatif. Bergantung iklim dan serangan hama serta OPT.

Karena itu, pihaknya berharap pemerintah turut andil menjaga harga jual gabah petani. Sebab ia merasa sejauh ini petani dinilai masih sangat terpinggirkan.

Sebagai contoh soal bantuan langsung tunai (BLT) hanya menyasar para pekerja formal, bukan petani.
“Sekarang tinggal keberpihakan pemerintah kepada petani seperti apa? Kalau harga gabahnya di bawah 500 ribu sekuintal, petani rugi. Bangkrut. Apalagi yang sawahnya hasil sewa,” pungkasnya.

BACA JUGA:Polisi Gerebek Gudang Pengoplosan Elpiji di Palimanan Timur

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: