Cerita Awal Berdirinya Ponpes Nahdlotul Mubtadiin Al Islamy: Terinsipirasi dari Orang Tua

KH Amani Luthfi, pimpinan Ponpes Nahdlotul Mubtadiin Al Islamy. --radarindramayu.id
RADARINDRAMAYU.ID – Pondok Pesantren (Ponpes) Nahdlotul Mubtadiin Al Islamy yang terletak di Desa Pekandangan Jaya, Kecamatan/Kabupaten Indramayu, menjadi salah satu lembaga pendidikan Islam yang tumbuh dari semangat perjuangan dan pengabdian.
Didirikan oleh KH Amani Luthfi, pesantren ini terinspirasi dari cita-cita besar sang ayah, KH Marfu', yang sejak lama mencita-citakan berdirinya lembaga pendidikan berbasis pesantren.
“Pesantren Nahdlotul Mubtadiin ini terinspirasi dari sejarah pesantren yang dahulu dicanangkan oleh orang tua kami. Dalam perjalanannya, membangun pesantren itu bukan hal yang mudah. Tapi saya selalu terinspirasi oleh beliau,” ujar KH Amani Luthfi, saat ditemui Radar Indramayu di kediamannya, Jumat, 18 April 2025.
KH Amani bercerita, perjalanan mendirikan pesantren ini dimulai pada tahun 2016. Saat itu, lokasi pesantren masih berupa rawa-rawa.
"Namun berkat dukungan dari berbagai pihak, seperti pak Dandim, pak Kajari, pak Kapolres, GM Pertamina, Bupati indramayu, dan muwaqifin serta munfiqin, pembangunan fisik mulai berjalan," katanya.
Pengurukan tanah, bantuan besi, hingga semen, menjadi bentuk nyata gotong royong dalam membangun pondasi awal pondok pesantren.
Sebelum pesantren resmi beroperasi (sebagai langkah awal dan bukti keseriusan), KH Amani mengirim beberapa calon ustaz dan ustazah ke pesantren lain; Pesantren Amsilati di Jepara, Pesantren Tahfiz Bandungan di Jombang, dan Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo.
Mereka ditugaskan untuk belajar dan dipersiapkan sebagai tenaga pendidik, ketika Ponpes Nahdlotul Mubtadiin Al Islamy siap dibuka.
Pada tahun 2017, pesantren mulai beroperasi meski secara formal masih bergabung dengan induk MTs.
Seleksi perdana menjaring 24 santri yang semuanya diterima. Menariknya, sejak awal pesantren menetapkan SPP sebesar Rp650.000 per bulan, termasuk makan dan kebutuhan pokok lainnya.
“Memang cukup mahal untuk ukuran pesantren yang baru berdiri, tapi kami ingin menjaga kualitas sejak awal,” tambah KH Amani.
Tahun 2018, jumlah santri bertambah menjadi 29. Hingga 2025 jumlah santri mukim sudah 106.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: