Setelah 5 Tahun Jadi Pelatih, Shin Tae-yong Ungkap Sisi Lain Sepak Bola Indonesia yang Jarang Diketahui

Setelah 5 Tahun Jadi Pelatih, Shin Tae-yong Ungkap Sisi Lain Sepak Bola Indonesia yang Jarang Diketahui

Setelah 5 Tahun Jadi Pelatih, Shin Tae-yong Ungkap Sisi Lain Sepak Bola Indonesia yang Jarang Diketahui-antarafotocom-radarindramayu.id

RADARINDRAMAYU.ID - Setelah lima tahun bersama Tim Nasional Indonesia, pelatih asal Korea Selatan, Shin Tae-yong (STY), akhirnya resmi mengakhiri masa baktinya.

Dalam pernyataan terbarunya, STY menyampaikan ucapan perpisahan yang menyentuh sekaligus penuh rasa terima kasih kepada seluruh elemen sepak bola Indonesia.

“Saya meninggalkan Indonesia dengan hasil yang baik dan citra yang baik,” tegas STY dalam sebuah wawancara terakhirnya.

Ucapan ini bukan sekadar perpisahan formal, tetapi sebuah refleksi atas perjalanan panjang dan penuh tantangan yang ia lewati sejak pertama kali ditunjuk sebagai pelatih Timnas Indonesia pada akhir tahun 2019.

BACA JUGA:Delano van der Heijden, Pemain Muda Feyenoord Keturunan Maluku Ini Tak Sabar di Naturalisasi dan Bela Timnas

Tidak hanya mengubah wajah permainan Garuda, STY juga mengukir berbagai pencapaian yang membuatnya dicintai oleh fans dan dihormati oleh pemain.

Awal yang Tidak Mudah

Shin Tae-yong datang ke Indonesia membawa harapan besar. Sebelumnya, ia dikenal sebagai pelatih yang pernah membawa Korea Selatan tampil di Piala Dunia 2018.

Namun, ketika datang ke Indonesia, STY langsung dihadapkan pada berbagai tantangan.

Salah satu yang paling berat adalah pandemi COVID-19 yang membuat semua agenda sepak bola terhenti dan persiapan timnas terganggu.

BACA JUGA:Ciri Pengajuan KUR Anda Ditolak dan Penyebab Umumnya yang Wajib Diketahui

“Lima tahun itu sangat bertolak belakang. Jujur saja, awalnya memang sulit, saya harus beradaptasi dengan sepak bola dan budaya Indonesia,” ujarnya.

Adaptasi memang menjadi kata kunci dalam masa awal karier STY di Indonesia. Ia harus memahami karakter pemain lokal, membangun ulang fondasi timnas dari kelompok usia muda, serta menghadapi tekanan tinggi dari publik yang haus akan prestasi.

Membangun dari Nol: Fondasi Usia Muda

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: