Tradisi Grebeg Syawal di Keraton Kanoman Cirebon, Ziarah Kubur dan Silaturahmi Pasca Puasa Sunnah

Tradisi Grebeg Syawal di Keraton Kanoman Cirebon, Ziarah Kubur dan Silaturahmi Pasca Puasa Sunnah

KHUSYUK: Tradisi Grebeg Syawal di Keraton Kanoman pasca Idul Fitri ini.-Dedi Haryadi-radarcirebon.com

RADARINDRAMAYU.ID - Tradisi Grebeg Syawal di Keraton Kanoman Cirebon masih lestari hingga kini, dilakukan pasca Idul Fitri. Turun-temurun, tradisi ini telah berlangsung selama berabad-abad.

Ini adalah ritual budaya sekaligus keagamaan yang melibatkan pengakuan terhadap silsilah para leluhur dan perhelatan kenduri atau selametan.

Dalam prosesi Grebeg Syawal ini, doa-doa dipanjatkan demi keselamatan keluarga Keraton Kanoman Cirebon, serta untuk mendoakan raja-raja Cirebon, khususnya raja-raja Kesultanan Kanoman yang telah wafat.

Prosesi dipimpin oleh Sultan Kanoman XII, Kanjeng Gusti Sultan Raja Muhammad Emirudin yang diwakili oleh Gusti Pangeran Patih Raja Muhammad Qodiran, Patih Kesultanan Kanoman.

BACA JUGA:13 Nama Ambil Formulir, Berebut Rekomendasi PDIP untuk Pilkada Kota Cirebon

Ratu Raja Arimbi Nurtina, selaku Sekretaris Kesultanan Kanoman, menjelaskan bahwa esensi dari ritual ini adalah ziarah kubur.

Ziarah ini dilaksanakan ke makam raja-raja Kesultanan Kanoman di komplek Astana Gunung Sembung (komplek makam Sunan Gunung Jati).

"Selain itu, ini juga menjadi kesempatan untuk menjalin silaturahmi antara sultan, keluarga, dan masyarakat dalam merayakan Hari Raya Idul Fitri atau yang kita kenal dengan Hari Raya Kupat setelah 6 (enam) hari berpuasa sunnah di bulan Syawal," ungkapnya.

Prosesi dimulai dengan 'grebeg', yaitu bersama keluarga sultan di Pendopo Jinem Keraton Kanoman. Acara dimulai pukul 06.30 WIB, dan Gusti Patih beserta keluarga berangkat dari Pendopo Jinem Keraton Kanoman dan tiba di Astana Gunung Sembung sekitar pukul 07.00 WIB.

BACA JUGA:Pengurus PUI Gencar Mencari Dukungan Terkait Usul Nama Bandara Kertajati Menjadi KH Adul Halim

Setibanya di sana, Gusti Patih dan keluarga memasuki kori (pintu) gapura, pintu pertama di dekat alun-alun. Kemudian masuk Kori Krapyak, lalu pintu tujuh (Lawang Pitu) Giri Nur Saptarengga.

Pintu-pintu tersebut antara lain pintu Pasujudan, pintu Ratna Komala, pintu Jinem, pintu Rararoga, pintu Kaca, dan pintu Bacem, sebelum menuju pintu yang kesembilan, yakni pintu Teratai.

Dari pintu kesembilan itu, Patih dan keluarga menuju ruangan dalam pesarean Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati yang berada di puncak bukit Gunung Sembung (Giri Nur Saptarengga).

Di ruangan dalam pesarean, Ratu Arimbi menjelaskan bahwa Gusti Patih bersama keluarga memulai prosesi Ngarwah, yaitu membacakan tahlil, dzikir, serta berdoa di makam-makam leluhur Cirebon yang ada di dalam Gedung Jinem, makam Panembahan Ratu I, dan makam sultan-sultan Cirebon.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: