Panas, Keluarga Pelaku Pembunuhan di Kecamatan Susukan Terpaksa Dipindahkan ke Desa Lain

Panas, Keluarga Pelaku Pembunuhan di Kecamatan Susukan Terpaksa Dipindahkan ke Desa Lain

Polisi berjaga-jaga di rumah keluarga pelaku di Desa Bunder, Kecamatan Susukan, Kabupaten Cirebon.-istimewa-radarcirebon.com

CIREBON, RADARINDRAMAYU.ID - Rekonstruksi kasus suami bunuh istri diwarnai ketegangan. Rumah keluarga pelaku di Desa Bunder, Kecamatan Susukan, Kabupaten Cirebon, jadi sasaran kemarahan warga.

Sebagian warga bahkan merekam aksi kemarahan itu dan disebarkan di media sosial. Tampak dalam video, keluarga pelaku terpaksa dievakuasi menggunakan truk polisi. “Pembunuh! Pembunuh! Pembunuh!," teriak warga kepada keluarga pelaku yang sedang dievakuasi polisi.

Kekecewaan warga disebabkan rekonstruksi tersebut dianggap dilakukan secara tertutup. Terlebih, reka ulang adegan pembunuhan dengan jasad dililit seprei dan dihanyutkan ke sungai itu dilakukan di asrama polisi di Kecamatan Sumber. Bukan di tempat kejadian perkara (TKP) di Blok Tonggoh RT/RW 1, desa setempat.

Aksi protes itu dilakukan di rumah orang tua pelaku pada Kamis 21 Maret 2024. Masyarakat Desa Bunder pada umumnya geram. Unggahan video pun banyak beredar, khususnya di media sosial Facebook. Di mana ratusan warga mengepung rumah keluarga pelaku bernama Moh Mugni Fawaiz itu. Polisi sampai kewalahan hingga meletuskan tembakan peringatan ke udara.

BACA JUGA:Pengurus Daerah Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia Gelar Milad ke-34, Khotmil Qur'an dan Bukber

Memang, di dalam rumah itu, diduga ada orang tua dari pelaku. Polisi kewalahan untuk mengevakuasi. Sebelum akhirnya berhasil dibawa menjauh dari kerumunan warga. “Pembunuh! Pembunuh! Pembunuh!," teriak warga kepada keluarga pelaku yang sedang dievakuasi.

Warga mencoret-coret rumah keluarga pelaku menggunakan pilok. Tampak jelas kegeraman warga dengan menulis di dinding rumah cat dasar kuning itu dengan kalimat: rumah setan, rumah pembunuh. Teriakan 'bakar' juga beberapa kali terdengar dari warga di sekitar lokasi. Plang pondok pesantren milik orang tua pelaku juga dirobohkan dan dirusak.

Sementara itu, umpatan kegeraman warga sempat tertuju ke polisi di TKP pembunuhan di Desa Bunder. Diduga dilatarbelakangi kekecewaan terhadap proses hukum. Warga bahkan sempat meneriaki polisi dengan kalimat: duit, duit. Dilakukan beberapa kali oleh puluhan bahkan ratusan warga di sekitar TKP pembunuhan.

Dalam unggahan lain, saat rekonstruksi sedang dilakukan di asrama polisi di Kecamatan Sumber, sejumlah warga juga mendatangi lokasi. Lagi-lagi, mereka menyesalkan rekonstruksi dilakukan secara tertutup. Bahkan, salah seorang perempuan mencoba masuk untuk melihat langsung reka adegan. Tapi terhalang aparat.

BACA JUGA:Menekan Gejolak Harga, Disperindag Jawa Barat Gelar Pasamoan di Pasar Kreatif Jabar

Sejumlah aparat juga memblokir rumah yang dijadikan rekonstruksi dengan barikade mengelilingi akses masuk. Pintu rumah yang digunakan setengah terbuka. Sesekali ditutup dan mendapat protes keras dari warga yang menunggu di luar. Perekam video menuliskan keterangan dalam unggahannya dengan kalimat: rekonstruksi ada kejanggalan, tidak boleh dilihat publik.

“Kalau ada yang mencuri dipukuli, giliran pembunuh dilindungi, gimana sih pak?," umpat warga, seperti terdengar dalam rekaman video. “Ada polisi cengengesan terus, dikira ini kasus lucu!," teriak warga yang lain.

Sementara itu, aksi demo masyarakat terhadap kasus pembunuhan oleh Moh Mugni Fawaiz terhadap istrinya sendiri bernama Olivia Polandi disebut dilakukan secara spontan.

Warga disebut spontan menggeruduk rumah orang tua pelaku lantaran melihat siaran langsung atau live rekonstruksi kasus tersebut yang digelar di asrama polisi di Sumber.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: