Wawancara Terakhir dengan Buya Syakur, Ingin Bangun Rumah Sakit dan Titip Pondok Pesantren
KH Buya memberikan cinderamata kepada Adun Sastra, buku kumpulan puisi karya Buya-dok-RADAR INDRAMAYU
oleh : Adun Sastra, GM Radar Indramayu.
RADARINDRAMAYU.ID - KABAR duka datang dari Indramayu. Pimpinan Ponpes Candangpinggan, Kecamatan Sukagumiwang, Prof Dr KH Abdul Syakur Yasin MA, meninggal dunia pada Rabu 17 Januari 2024 sekitar pukul 01.30 WIB.
Tokoh agama yang akrab disapa Buya Syakur itu menghembuskan napas terakhir saat menjalani perawatan medis di RS Mitra Plumbon Cirebon. Almarhum meninggalkan seorang istri bernama Nyai Zainab Al-Huda dan dua orang anak.
Keduanya bernama Dawud Al Awwa yang tercatat masih duduk dibangku sekolah. Madrasah Aliyah (MA)/ SLTA di salah satu pondok pesantren di Kabupaten Tasikmalaya.
Sedangkan kakaknya Khozain Rohmati Robbi Dawud Awwab, baru saja lulus sarjana kedokteran dan sekarang sedang mengikuti program koas. Setelah itu ia rencanya akan melanjutkan ke jenjang pendidikan dokter spesialis kandungan.
BACA JUGA:Ditabrak Bus AKAP, Pengendara Motor Honda Astrea Tewas
Dua minggu sebelum wafat, tepatnya hari Jumat, 29 November 2023, saya masih diberikan kesempatan oleh Allah SWT, bisa wawancara terakhir dengan sang ulama kharismatik yang selalu menebar perdamaian.
Ketika itu memang saya sengaja ingin bertemu dengan Buya, dan setiap hari Jumat sudah dipastikan Buya berada di tempat jika tidak ada jadwal keluar. Setelah salat Jumat selesai, saya juga diajak untuk menikmati hidangan yang sudah disiapkan.
Pada hari Jumat itu tidak seperti biasanya, Buya lebih banyak bercerita tentang keluarga dan perkembangan Pondok Pesantren Candangpinggan. Pertama Buya bercerita tentang anaknya yang bungsu bernama Dawud Al Awwa.
Kasi sayang almarhum kepada anak bungsunya itu begitu besar dan sempat terucap oleh almarhum, saya sedih kalau melihat anak bungsu ku sedang tidur. Bagaimana kalau saya meninggal dunia nanti, dia dengan siapa..?? Itu lah sepenggal kalimat yang terucap oleh almarhum kepada saya.
BACA JUGA:Hati-Hati! Dompet Ketinggalan di Area Tunggu Sutle Bus Langsung Lenyap
Selain itu almarhum juga berencana akan membangun rumah sakit di lingkungan pondok pesantren setalah putrinya lulus dari dokter spesialis kandungan nanti. Lahan yang akan ditempatkan untuk pembangunan juga katanya sudah disiapkan.
Selain bercerita tentang keluarga, mulai Buya mengalihkan pembicaraannya ke perkembangan pondok pesantren. Saya ketika itu lebih banyak mendengarkan cerita Buya.
Ia lebih banyak cerita bagaimana perkembangan ponpes yang sudah dikelolanya puluhan tahun ketika ia meninggal dunia. Bahkan ia berkeinginan yang menjadi generasi penerus untuk meneruskan perjuangannya adalah anak_anak muda dari Indramayu."Saya ingin ponpes ini dikelola oleh orang_orang Indramayu. Tentunya mereka yang memumpuni dalam bidang keagamaan,"jelas Buya dengan nada berharap kelak ada yang melanjutkan perjuangannya.
Di hari Jumat berikutnya pada tanggal 12 Januari 2024 dalam pikiran saya ingin kembali bersilaturahmi dengan Buya. Seperti hari biasanya ingin mendapatkan pencerahan. Saya pun kaget saat menelpon sang ajudan Buya, Ibnu, ia menceritakan bahwa Buya masuk ke Rumah Sakit Mitra Plumbon Cirebon, pada 4 Januari.
BACA JUGA:Tiga Pelaku Pengedar Obat Terlarang di Kuningan Ditangkap
Beberapa bulan sebelumnya Buya juga pernah dirawat di rumah sakit yang sama hingga satu bulan lebih. Dalam tahun 2023, kondisi kesehatan Buya mulai menurun, namun semangat untuk berdakwah terus berjalan jika dirasakan tubuhnya sehat.
Menurut keterangan medis bahwa Buya memiliki riwayat lambung yang berpengaruh pada kesehatan jantun nya. Menurut keterangan dari Pimpinan Ponpes uatadz Miftah, Buya sempat mendapat perawatan 10 hari lebih di rumah sakit dan menghembuskan napas terakhir pada Rabu dini hari 17 Januari 2024 sekitar pukul 01.22 WIB.
Itu lah sepenggal kenangan wawancara terakhir dengan sang pencerah yang dalam setiap ceramahnya selalu memberikan ketenangan dalam hati. Saya mengenal sosok almarhum itu sejak 24 tahun yang lalu.
Dan memang kebetulan saat saya bergabung dengan Radar Cirebon Group itu ditugaskan di wilayah peliputan Kawedanaan Jatibarang meliputi Kecamatan Sukagumiwang. Tepatnya pada bulan Januari 2000 sehingga saya lebih banyak bertemu dengan Buya saat itu hingga sekarang.
BACA JUGA:Polisi Ringkus Penjual Mainan, Diduga Lakukan Pencabulan
Ada pengalaman yang tidak bisa saya lupakan dengan sang guru Buya yang kita anggap sebagai orang tua sendiri. Pada dua puluh empat tahun yang lalu, wilayah Indramayu dan sekitarnya itu benar_benar marak penyakit masyarakat (pekat). Bahkan sangat meresahkan masyarakat.
Melihat kondisi di lapangan yang begitu komplek dengan persoalan sosial, saya saat itu mencoba untuk mengangkat komentar Buya. Ketika saya menulis komentar Buya tentang penegakan amar ma'ruf nahi munkar itu cukup mendapat perhatian dari semua pihak.
Alhasil saat itu saya diminta agar tidak sering menulis komentar dari Buya. Bahkan terkadang saya mendapat teror dari orang yang tidak dikenal saat itu karena sering menulis komentar Buya.
Pada saat itu saya bercerita ke Buya terkait komentar Buya. Apa kata Buya...?? Jangan pernah takut jika berjuang di jalan Allah. Pasti Allah akan menolong. Itu lah kalimat motivasi yang masih saya ingat dari sang pencerah umat.
BACA JUGA:Ribuan Santri dan Warga Mengiringi Pemakaman KH Buya Syakur Yasin
Saya tidak menyangka Buya akan meninggalkan kita selamanya, dia adalah sosok yang rendah hati dan mampu merangkul semua kalangan. Selamat jalan guru ku Buya, dan semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan. Saya berdoa semoga perjuangan Buya akan terus dilanjutkan oleh para generasi muda Indramayu. Aamiin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: