Kemarau, Petani Jublag Tanah Sawah

Kemarau, Petani Jublag Tanah Sawah

JUBLAK – Mengisi waktu luang, petani diwilayah Inbar melakukan jublak tanah sawah.-KHOLIL IBRAHIM-RADAR INDRAMAYU

HAURGEULIS, RADARINDRAMAYU.ID – Pasca panen di musim kemarau ini, membuat para petani diwilayah barat Kabupaten Indramayu harus memutar otak agar tetap dapat bertahan hidup.

Sebagian mereka tetap beraktivitas mengolah sawahnya. Tapi tidak untuk menanam padi atau sayuran dan buah-buahan. Melainkan mengambil tanahnya untuk berbagai keperluan. Istilahnya disebut Jublag.

Tanah sawah yang sudah retak-retak itu diambil dengan alat seadanya, seperti linggis atau cangkul khusus untuk mencongkel.

Tanah kering yang terkumpul tersebut biasanya dimanfaatkan untuk mengurug tempat tinggal mereka yang lokasinya rendah. Atau dijual kepada yang membutuhkan.

 BACA JUGA:Kerap Telan Korban Jiwa, Begini Imbauan PT KAI Pada Masyarakat

BACA JUGA:Buka Pendaftaran CASN hingga 9 Oktober 2023, Kementerian Agama Sediakan Website Khusus

Harganya pun cukup murah. Antara Rp25 ribu sampai Rp30 ribu pergerobak tergantung jauh-dekatnya jarak dari lokasi pengambilan tanah.

Ada pula yang mengangkutnya dengan traktor, mobil pikap maupun dump truk tentu dengan harga yang lebih tinggi.

“Peminat tanah hasil Jublag juga cukup banyak. Biasanya warga yang ingin meninggikan halaman rumah,” tutur Didi, petani asal Kecamatan Haurgeulis, Senin (2/10).

Para petani percaya, Jublag bermanfaat mengembalikan kesuburan tanah mereka. Apalagi dengan bertambahnya kedalaman tanah akan mampu menampung air lebih banyak dikala musim tanam.

 BACA JUGA:Istana Batik Resmi Dibuka, Presiden Jokowi Ajak masyarakat untuk Melestarikan Seni Budaya Indonesia

BACA JUGA:Polsek Cantigi Indramayu Terus Bangun Kedekatan dengan Masyarakat Melalui Sambang Warga

“Istilahnya peremajaan, tanah bagian ataskan sudah jenuh,” ujarnya.

Namun menurut dia, jublag tanah persawahan jangan dilakukan terlalu sering. Karena hal itu bisa membuat kesuburan tanah justru hilang.

Senada disampaikan Yanto, petani lainnya.  Dengan di jublak, membuat pengolahan tanah saat musim tanam rendeng menjadi lebih mudah. Namun demikian, keseringan jublag tanah sawah justru bisa merugikan.

“Sebenarnya kalau menurut saya, tanah bagian atas itulah yang subur, karena masih mengandung sisa-sisa pupuk,” ucapnya.

 BACA JUGA:Berbagi Energi Terbarukan di Kampung Keberagaman, Menjaga Toleransi untuk Kelestarian Lingkungan

BACA JUGA:Jaga Netralitas pada Pemilu 2024: Mulai dari Kepala SKPD, ASN Ikrar Bersama dan Teken Pakta Integritas

Selain Jublag banyak kebiasan petani yang kurang baik seperti membakar jerami. “Padahal jerami itu sebaiknya dibenamkan untuk menambah kesuburan tanah,” tambahnya. (kho)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: