BBM Naik, Nelayan Terpuruk sebab Biaya Melaut Makin Tinggi

BBM Naik, Nelayan Terpuruk sebab Biaya Melaut Makin Tinggi

ilustrasi nelayan--

Radarindamayu.id, INDRAMAYU- Kebijakan pemerintah menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi jenis pertalite dan solar berdampak pada nelayan di Kabupaten Indramayu.

Imbas dari kenaikan solar bersubsidi itu, membuat biaya melaut sehingga nelayan malas untuk mencari hasil laut.

Hal itu disampaikan Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Indramayu Dedi Aryanto kepada wartawan koran ini, kemarin.

Diungkapkan Dedi, solar menjadi bahan bakar utama kapal nelayan dalam mencari ikan. Sedangkan dengan kenaikan solar dari Rp5.150 per liter menjadi Rp6.800 per liter sangat memberatkan para nelayan.

BACA JUGA:Eddi Brokoli Gerebek Konsumen Yamaha di “Hari Pelanggan Nasional“

“Dengan naiknya solar ini, biaya melaut semakin tinggi membuat nelayan enggan untuk melaut,” ujar Dedi.

Diakuinya, dengan kenaikan BBM ini kondisi nelayan kian terpuruk. Pasalnya, di saat nelayan akan bangkit akibat penerapan PPKM akibat Covid-19 selama dua yang membuat harga jual ikan anjlok, para nelayan kini dihadapkan dengan harga BBM yang naik.

“Kita turut prihatin dengan adanya kebijakan kenaikan harga BBM solar, kami meminta pemerintah untuk segara membatalkan kenaikan harga BBM khususnya solar untuk nelayan,” ucap Dedi pada Radar Indramayu.

Dijelaskannya, 80 persen biaya melaut nelayan adalah untuk BBM. Sementara, kondisi nelayan saat ini sedang paceklik.

“Dengan harga BBM lama untuk dapat Rp50 ribu per hari mereka sulit ditambah dengan kenaikan BBM. Di Kabupaten Indramayu sistem bagi hasil antara pemilik dan ABK 50:50 setelah dipotong biaya melaut, akibatnya pendapatan nelayan makin berkurang,” ungkapnya.

BACA JUGA:Sederhana tapi Penting, Ini Peran Filter Udara Pada Sepeda Motor

Akibatnya, biaya perahu yang berangkat melaut tidak bisa menutup biaya melaut para nelayan sehingga banyak nelayan juga terlilit utang.

“Harga ikan yang tidak kunjung ikut naik ini semakin memperparah penderitaan nelayan kecil, sehingga nelayan kecil terancam tidak bisa melaut,” ujarnya.

Diungkapkan Dedi, di Kabupaten Indramayu jumlah kapal nelayan sebanyak 6.400, sedangkan untuk kapal di atas 40 GT hanya berjumlah 800 kapal. Sehingga dari jumlah kapal mayoritas merupakan kapal-kapal kecil. Sedangkan jumlah nelayan kecil di Kabupaten Indramayu sebanyak 36.000.

“Sekarang sudah terlihat tidak sedikit kapal yang berlabuh, ya sebentar lagi juga semakin banyak yang tidak melaut karena sudah merasakan dampaknya. Yang pasti semua organisasi nelayan, pengelola TPI, KUD Mina menyuarakan hal yang sama ya. Intinya menolak kenaikan BBM,” pungkasnya.

BACA JUGA:XL Axiata Hadirkan Jaringan 5G di Lokasi Pertemuan DMM G20 Belitung

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: