Pengelolaan Sampah di Indramayu Belum Maksimal, Butuh Perhatian Serius dan Kolaborasi Berbagai Pihak!

Para warga bergotong-royong membersihkan sampah di sungai Desa Dukuhjeruk, Kecamatan Karangampel, Kabupaten Indramayu, beberapa waktu lalu. --radarindramayu.id
RADARINDRAMAYU.ID – Pengelolaan sampah di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, hingga kini dinilai belum berjalan maksimal.
Berdasarkan data rekapitulasi pendataan sampah desa se-Jawa Barat per 31 Desember 2024, dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan desa (DPMD) Provinsi Jawa Barat, dari total 309 desa yang ada di Indramayu, sebanyak 164 desa masih belum memiliki sistem pengelolaan sampah sama sekali.
Sementara itu, 55 desa masih menerapkan sistem open dumping—sampah dibuang begitu saja tanpa ada perlakuan apapun.
Adapun desa yang sudah mulai menerapkan sistem pengelolaan lebih baik, seperti TPS3R (Tempat Pengolahan Sampah dengan prinsip Reduce, Reuse, Recycle) hanya berjumlah 33 desa.
BACA JUGA:Proaktif dalam Pelayanan Haji, BRI Sediakan Banknotes untuk Living Cost Jemaah Haji 2025
Sebanyak 55 desa menerapkan sistem kombinasi, dan dua desa lainnya belum mengolah sampah sama sekali.
Koordinator Kabupaten Indramayu program Patriot Desa Jawa Barat, Hilmi Hilmansyah, S.T., M.P.W.K., mengungkapkan keprihatinannya saat ditemui di kafe Urban Creative Hub, sebelah barat Stadion Tridaya, Kelurahan Karanganyar Kecamatan/Kabupaten Indramayu.
“Permasalahan ini menjadi semakin kompleks ketika kita melihat kenyataan, bahwa hanya sebagian kecil desa yang telah menerapkan sistem pengelolaan sampah secara baik,” ujarnya, Selasa (15/4/2025).
Hilmi menjelaskan, minimnya fasilitas, keterbatasan sumber daya manusia (SDM), serta rendahnya kesadaran masyarakat terhadap dampak lingkungan dari sampah menjadi penyebab utama lambatnya kemajuan pengelolaan sampah di Indramayu.
Untuk mengatasi masalah ini, ia menekankan perlunya intervensi serius dan sistematis, baik dari pemerintah kabupaten, provinsi, hingga pusat.
“Peningkatan kapasitas kelembagaan dan SDM di tingkat desa harus dilakukan secara sistematis. Pemerintah perlu memberikan pelatihan teknis serta bantuan fasilitas yang memadai agar desa bisa mandiri dalam pengelolaan sampahnya,” kata Hilmi, yang juga sebagai Ahli Muda Planologi.
Selain itu, Hilmi juga menyoroti pentingnya penguatan forum penggerak lokal seperti Gerakan Ekonomi Sirkular Indramayu (Genius-Ayu), yang sejak 2023 telah mendorong inisiatif pengolahan limbah organik menjadi pelet alternatif.
Menurutnya, pelibatan masyarakat melalui pelatihan pemilahan sampah, pembuatan kompos, dan teknik daur ulang juga menjadi kunci keberhasilan program lingkungan berbasis desa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: