Mengenang 50 Tahun Kecelakaan Jembatan Sewo yang Menewaskan 67 Transmigran, Hanya 3 Anak Selamat

Mengenang 50 Tahun Kecelakaan Jembatan Sewo yang Menewaskan 67 Transmigran, Hanya 3 Anak Selamat

Jaelani, Suyanto, dan Sangidu, korban selamat kecelakaan bus transmigran di Jembatan Sewo, Kecamatan Sukra, Kabupaten Indramayu terjadi pada 11, Maret 1974.-Diskominfo Indramayu-radarindramayu.id

RADARINDRAMAYU.ID - Jembatan Sewo menjadi saksi kecelakaan maut di Jalur Pantura Kabupaten Indramayu yang menewaskan 67 orang.

Kecelakaan lalu lintas tersebut terjadi pada 11, Maret 1974. Sebuah bus yang membawa calon transmigran mengalami insiden naas tersebut.

Penumpang bus tersebut mengikuti program transmigrasi demi mengubah kehidupan dan masa depan yang lebih baik.

Ratusan kilometer transmigran asal Kecamatan Ngandon, Kabupaten Boyolali itu, menempuh perjalanan untuk menuju lokasi transmigrasi.

BACA JUGA:Kisah 3 Anak Transmigran yang Selamat dari Kecelakaan Bus di Jembatan Sewo Indramayu, Diangkat Jadi PNS

Rencananya, mereka akan ditempatkan di UPT Rumbiya Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel).

Namun harapan itu kandas setelah bus yang ditumpangi mereka tergelincir dan masuk Sungai Sewo, Kecamatan Sukra, Kabupaten Indramayu.

Bus yang tergelincir itu sesaat kemudian terbakar. Sebanyak 67 penumpangnya menjadi korban dari peristiwa mengerikan yang terjadi 50 tahun yang lalu.

Musibah yang terjadi pada pukul 04.30 WIB dini hari tersebut, terjadi pada salah satu bus dari enam buah bus yang akan berangkat ke tempat transmigrasi di Sumsel.

BACA JUGA:Cerita Iis Lailiyah Pakai Nama Iis Dahlia yang Justru Membawa Keberuntungan

Kejadian ini mengakibatkan korban meninggal dunia sebanyak 67 orang yang terdiri dari orang dewasa dan anak-anak.

Di antara rombongan yang mengalami musibah, terdapat tiga orang anak-anak selamat yang kemudian diangkat sebagai anak angkat keluarga besar transmigrasi mereka adalah Jaelani, Suyanto, dan Sangidu.

Korban tewas semuanya dimakamkan di dekat pemakaman umum yang terletak dekat lokasi kejadian.

Itulah sepenggal kisah tragis yang memilukan yang terjadi pada 11 Maret 1974 silam, yang merenggut nyawa dari para pionir pembangunan transmigrasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: