Jer Basuki Maw Beya, Monumen Pionir Transmigrasi di Indramayu yang Jadi Kisah di Balik Jembatan Sewo

Jer Basuki Maw Beya, Monumen Pionir Transmigrasi di Indramayu yang Jadi Kisah di Balik Jembatan Sewo

Monumen Pioner Transmigrasi di Kabupaten Indramayu untuk memperingati kecelakaan transmigran dari Boyolali. -Kementerian PDTT-radarindramayu.id

RADARINDRAMAYU.ID - Penyapu koin di Jembatan Sewo, Kecamatan Sukra, Kabupaten Indramayu menjadi sorotan setiap kali pelaksanaan mudik maupun arus balik di Jalur Pantura.

Kehadiran mereka seringkali menimbulkan insiden kecelakaan lalu lintas, dan menjadi pemicu kemacetan di ruas jalan perbatasan antara Kabupaten Subang - Indramayu itu.

Soal kehadiran penyapu koin atau pengalap tawur itu, memang ada beberapa versi cerita kisah yang menjadi latar belakangnya.

Mulai dari mitos atau legenda masyarkat lokal mengenai Saidah - Saeni. Hingga kecelakaan rombongan transmigrasi dari Kabupaten Boyolali di Jembatan Sewo.

BACA JUGA:Monitoring Obyek Wisata Pastikan Keselamatan Wisatawan Terjamin

Kecelakaan yang terjadi pada 11 Maret 1974 tersebut, dianggap menjadi titik tolak adanya ritual membuang koin agar diberkahi selamat saat melintasi jembatan yang dipersepsikan angker itu.

Untuk memperingati peristiwa kelam itu, dibangun sebuah tugu dengan nama Monumen Pionir Transmigrasi di area tempat pemakaman umum desa setempat.

Pada monumen itu, dituliskan nama transmigran yang menjadi korban kecelakaan maut tersebut. Di atas nama merekat tertulis sebuah kalimat dalam Bahasa Jawa: Jer Basuki Mawa Beya.

Artinya dalam Bahasa Indonesia adalah; Untuk mencapai kebahagiaan perlu pengorbanan.

BACA JUGA:Jelang Lebaran Idul Fitri, Terjadi Tawuran Antar Pemuda di Desa Sambeng

Adapun 67 orang yang menjadi korban dari kecelakaan bus tersebut semula hendak menuju ke UPT Rumbiya, Sumatera Selatan.

Dalam perjalanan itu, tiba-tiba bus tergelincir ke Sungai Swo dan menyebabkan bus terbakar. Puluhan penumpang meninggal dunia di lokasi dan kabarnya hanya ada 3 korban selamat termasuk bayi.

Monumen dengan tinggi 7 meter itu, hingga kini menjadi salah satu ikon bagi Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kementerian PDTT).

Setiap kali ada momen penting, seringkali dilaksanakan upacara tabur bunga di Komplek Makam Pioner Transmigrasi oleh jajaran Kementerian PDTT.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: