OJK: Muncul Ancaman Resesi Ekonomi Global

OJK: Muncul Ancaman Resesi Ekonomi Global

BERI PENJELASAN: Konferensi pers OJK tentang perkembangan ekonomi terkini. OJK ingin stabilitas sistem keuangan dan kinerja intermediasi lembaga jasa keuangan membaik--

Radarcirebon.com, CIREBON - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai, stabilitas sistem keuangan terjaga dan kinerja intermediasi lembaga jasa keuangan membaik. Ini berkontribusi terhadap berlanjutnya pemulihan ekonomi nasional di tengah pelemahan ekonomi dan inflasi global yang tinggi, pengetatan kebijakan moneter yang agresif, dan peningkatan tensi geopolitik yang berkepanjangan.

Ketua Dewan Audit OJK, Sophia Wattimena menuturkan, sebagai respons dari peningkatan tekanan inflasi, bank sentral utama di dunia menaikkan suku bunga kebijakan (policy rate) dan berencana mempercepat laju pengetatan kebijakannya meski kebijakan tersebut dapat menyebabkan penurunan laju pertumbuhan ekonomi.

Stance kebijakan moneter ini dilakukan oleh mayoritas bank sentral global, termasuk Bank Indonesia yang menaikkan BI7DRR sebesar 50 bps. "Hal ini mendorong kekhawatiran resesi global meningkat. Sehingga, lembaga internasional seperti Bank Dunia, ADB, dan OECD menurunkan outlook pertumbuhan ekonomi globalnya," tuturnya.

Di tengah revisi ke bawah outlook pertumbuhan global, outlook pertumbuhan ekonomi Indonesia masih dinaikkan di tahun 2022, seiring dengan masih tingginya harga komoditas dan terkendalinya pandemi. Indikator perekonomian terkini juga mengkonfirmasi berlanjutnya kinerja positif perekonomian Indonesia.

BACA JUGA:Bupati Indramayu Kagumi Stand Kecamatan Kedokan Bunder

Antara lain, terlihat dari neraca perdagangan yang melanjutkan surplus, Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur di zona ekspansi, dan indeks kepercayaan konsumen yang tetap optimis.

Sementara itu, Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK Mirza Adityaswara mengatakan, meski kondisi perekonomian dan sektor keuangan domestik masih terjaga, transmisi kondisi global akan tetap terjadi. Sehingga perlu diwaspadai serta window yang tersedia perlu dimanfaatkan untuk menyiapkan kebijakan dan langkah mitigasi yang diperlukan.

"Transmisi diperkirakan melalui penurunan kinerja eksternal akibat penurunan harga komoditas dan turunnya permintaan barang ekspor Indonesia. Serta melalui peningkatan tekanan di pasar keuangan akibat penurunan likuiditas global maupun potensi contagion apabila terjadi krisis keuangan atau krisis nilai tukar di negara kawasan," bebernya.

Untuk itu, OJK mengambil langkah-langkah proaktif untuk memastikan terjaganya stabilitas sektor jasa keuangan. Antara lain OJK senantiasa memantau dan memastikan ketersediaan likuiditas, baik untuk mengantisipasi potensi risiko maupun dalam kaitannya dengan pelaksanaan fungsi intermediasi Lembaga Jasa Keuangan.

BACA JUGA:Beri Kesempatan Kepala Daerah Jalankan Roda Pemerintahan

OJK juga meminta Lembaga Jasa Keuangan untuk terus mencermati risiko pasar, termasuk eksposur dalam surat-surat berharga dan valuta asing di tengah tren penguatan USD serta peningkatan volatilitas di pasar keuangan global.

Tak lupa, OJK meminta Lembaga Jasa Keuangan untuk mencermati perkembangan risiko kredit di sektor-sektor ekonomi yang memiliki konsumsi energi yang tinggi di tengah kenaikan harga energi dan yang kinerjanya berhubungan erat dengan siklus harga komoditas.

"OJK juga akan mempertahankan beberapa kebijakan yang telah dikeluarkan untuk mengelola volatilitas dan menghadapi tantangan yang terjadi di Pasar Modal domestik dalam beberapa waktu ke depan," tukasnya.

BACA JUGA:Gisel Menangis saat Menghadiri Pemakaman Mantan Mertuanya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: