Anji dan Marcell Siahaan Perang di Medsos, Terkait Royalti untuk Pencipta Lagu

Anji dan Marcell Siahaan Perang di Medsos, Terkait Royalti untuk Pencipta Lagu

Marcell Siahaan dan Anji perang di media sosial bahas soal transparansi royalti pencipta lagu.--

Radarindramayu.id, JAKARTA - Perang di media sosial antara Anji dan Marcell Siahaan terkait masalah transparansi pembayran royalti untuk pencipta lagu dari pemilik resto/kafe.

Masalahnya, Anji membuat surat terbuka buat Lembaga Manajemen Kolektif (LMK) dimana Marcell Siahaan menjadi anggota komisioner LMK Nasional (LMKN) sejak Juni 2022.

Keributan ini berawal saat Anji mempersoalkan keresahan pemilik resto yang mempertanyakan kewajiban membayar royalti ke LMK untuk lagu yang mereka putar, namun bingung apakah dana itu sampai ke pencipta lagunya.

Berawal dari postingan Instagram-nya, Anji membuat surat terbuka untuk LMK yang ditanggapi Marcell langsung.

BACA JUGA:Petrokimia Gresik Gelar One Day Promotion, Perkuat Produksi Pertanian di 19 Provinsi

“Dear LMK, saya sejak dulu bersuara tentang royalti untuk performing rights. Tapi banyak EO dan kafe/resto curhat, mereka mau bayar asal uangnya memang sampai kepada pencipta lagu dengan transparan. Bisakah kalian detail dan transparan dalam laporan?,” tulis Anji.

Anji menyebut banyak penyelenggara acara cerita mereka ditagih untuk membayarkan royalti performing rights. Apalagi sekarang acra-acara konser/festival sedang banyak dibuat.

“Begitu juga teman-teman yang memiliki kafe/resto/karaoke suka bercerita dan bertanya. Mereka bertanya : Bagaimana cara LMK membagikan uangnya kepada para pencipta?,” sambungnya.

Anji menjelaskan setahu dirinya bahwa selama ini tidak detail dan transparan penghitungannya.

BACA JUGA:Viral Video Kades Kabupaten Bogor Sawer Biduan, Uangnya Sampai Segepok

“Bahkan ada uang parkir dari komposer yang tidak mengambil royaltinya (karena tidak tahu atau tidak mendaftar), sementara LMK tidak membuat pemberitaan tentang itu. Jadi sangat mungkin terjadi penyimpanan aliran uang,” jelasnya.

Anji mengatakan faktor itulah yang membuat pemilik kafe jadi malas atau kurang sreg membayar. Karena tidak jelas apakah dibagikan dengan benar atau tidak. Apakah pencipta atau LMK yang dapat uang.

“Apalagi banyak terjadi organisasi pengumpul dana sosial untuk masyarakat, justru anggota organisasinya yang kaya. Baru saja terjadi, mereka dipenjara Bisakah pembagian royalti detail dan transparan? Musisi dan pelaku industri makin pintar. Sitem informasi sudah sangat berkembang. Saatnya bekerja lebih rapih dengan informasi yang bisa diakses oleh pelaku industri,” ungkapnya.

Postingan ini langsung dikomentari Marcell dengan defensif. Dia meminta Anji berpikir secara logika bahwa pembayar royalti tidak harus tahu kemana uang akan disalurkan melainkan fokus membayar kewajiban.

BACA JUGA:11 Set Lokomotif dan Gerbong Kereta Cepat OTW Jabar

“Logikanya gini, siapapun itu yang namanya user apalagi menggunakan lagu untuk mencari uang, ibarat cari makan pakai barang orang lain. Secara etis user enggak perlu tahu duit yang dia bayar sebagai kompensasi kepada hak akan digunakan untuk apa, atau apakah akan disalurkan dengan benar,” balas Marcell di postingan Anji.

“Kalaupun (ternyata) enggak disalurkan dengan benar (dan inipun harus dibuktikan yes?) terus apakah kemungkinan jadi menghilangkan kewajiban user untuk bayar? Coba ditelaah dulu sebelum lo menyalurkan curhat di ruang publik,” kritiknya.

Lalu Marcell mempertanyakan Anji berjuang untuk siapa mengangkat isu ini. Anji menjawab untuk tata kelola industri musik Indonesia yang lebih transparan

“Buat siapa? Bukan buat apa?,” tanya Marcell lagi.

BACA JUGA:RS Indonesia Bantu Korban Serangan Brutal Israel

Berdebatan makin memanas. “Gue rasa jawaban itu bisa menjawab pertanyaan buat apa dan siapa. Tapi baiklah jika lo butuh jawaban spesifik buat stake holder, tapi sekali lagi keresahan user yang gua tuliskan adalah juga keresahan gua,” balas Anji.

Marcell tak tinggal diam, “iya paham, enggak usah diulang-ulang, enggak cuma elo kok di Indonesia ini yang resah”.

Anji kecewa jawaban Marcell. Dia menyebut harusnya sebagai seseorang yang punya kapasitas bisa membawa isu ini lebih jauh dan menghasilkan solusi baik.

Dan, Anji lebih kecewa karena Marcell Siahaan menuduhnya mengambil keuntungan dari isu royalti ini. “Keresahan lo ini akan menjadi konten lo yang sangat menguntungkan, selamat ya,” komen Marcell.

BACA JUGA:RS Indonesia Bantu Korban Serangan Brutal Israel

“Maksudnya konten apa Cell? Kok tendensius sekali kalimatnya? Dengan postingan ini memangnya gue dapat keuntungan? Lo kan pejabat publik, kok enggak terima masukan seperti ini?,” tukas Anji, dilansir dari pojokatu.id.

Marcell Siahaan tak lagi membalas komentar menohok Anji tentang pejabat publik yang tidak bisa dikritik.

“Gini ya, gue berhak bersuara dan gue tidak menyuarakan ini untuk lo seorang tapi kepada LMK/LMKN, silahkan baca di kolom komentar. Kalau lo akhirnya menyerang gue personal, gua rasa enggak perlu gue melanjutkan obrolan ini,” tandas Anji.

Anji menjelaskan sebagai pihak yang punya wewenang, Marcell seharusnya menjawab dengan solusi bukan serangan personal.

“Lagian konten apa memangnya yang bisa gue buat dari isu ini, yang lo bilang ‘sangat menguntungkan?’ terima kasih gue mundur dari percakapan ini,” tegasnya.

Anji mengaku bingung dengan tuduhan Marcell Siahaan. “Kalau disebut sangat menguntungkan, saya bingung dimananya. Jika transparansi terjadi tentu saya diuntungkan. Tapi bukan saya sendiri,” jelasnya.

Anji berharap dari suaranya ini, transparansi segera terjadi. “Semoga LMK/LMKN bisa menganggap ini sebuah permasalah an penting yang perlu dicari solusinya,” pungkasnya.

BACA JUGA:Pendapatan Cuci Motor Turun Drastis, Sehari di Bawah 10 Motor saat Musim Kemarau













 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: