Petani Tadah Hujan Beralih Tanam Cabai
INDRAMAYU - Musim kemarau tak membuat sebagian petani di Kecamatan Gantar keder. Di tengah keterbatasan air pasca musim panen gadu, mereka ramai-ramai mengkonversi lahan persawahan menjadi lahan pertanian tanaman cabai.
Penanaman serentak budidaya cabai varietas alas itu dilakukan oleh para petani di Desa Gantar dan Mekarjaya. Terdata seluas 100 hektare sawah tadah hujan yang ditanami cabai merah. Dua desa ini memang merupakan sentra produksi cabai di wilayah barat Kabupaten Indramayu.
“Ada sekitar 100 hektare lebih yang digarap. Karena memang petani di dua desa itu sudah terbiasa melakukan budidaya cabai setiap musim kemarau seperti ini setelah panen padi gadu,” kata Yono, tokoh petani Kecamatan Gantar, Senin (26/7).
Ditambah lagi, lahan pertanian padi seusai panen, mendukung untuk pertumbuhan cabai. Hal ini disebabkan karena jerami dan batang-batang padi yang sudah busuk bisa menjadi pupuk dan menyuburkan tanah untuk tanaman cabai.
Yono menuturkan, musim tanam bulan ketujuh atau biasa disebut musim tanam kapitu adalah yang paling berat untuk kalangan petani di wilayahnya. Karena hampir sudah tidak ada hujan lagi, sampai tiga bulan kedepan. Untuk daerah dengan irigasi teknis tidaklah menjadi beban. Tapi bagi para petani di Kecamatan Gantar justru sebaliknya.
Walaupun memiliki bendungan situraja, tetapi setiap musim kemarau kering andaipun terisi posisinya berada di bawah ketinggian daerah pertanian Gantar.
Menyadari kondisi ini, petani Gantar sejak lima belas tahun terakhir memiliki tradisi menanam cabai merah. Sumber ainya mengandalkan dari sumur pantek.
Banyak petani yang sukses berkebun cabe setiap tahunnya. Cabe tersebut dijual di Pasar Induk Jakarta. “Kalau harganya lagi bagus, hasil panen Cabai bisa buat beli motor mobil baru, renovasi rumah sampai umroh,” kata dia.
Tokoh petani lainnya, Maman menambahkan, selain pertanian padi, tanaman agribisnis terbukti menjadi potensi kedua yang bisa menambah pendapatan bagi para petani di wilayah Kecamatan Gantar.
Potensi ini didukung pula oleh karakteristik para petani Desa Gantar yang dikenal ulet, pekerja keras dan cerdas. Tuntas musim panen padi gadu, mereka tidak malah menganggur. (kho)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: