Desak Buka Keran Ekspor

Desak Buka Keran Ekspor

ilustrasi rajungan--

Radarindramayu.id, PATROL-Nelayan tradisional di Pesisir Pantai Utara Desa Sukahaji-Bugel, Kecamatan Patrol lagi resah. Menyusul tak kunjung membaiknya harga rajungan. Bukannya naik. Harganya malah turun drastis.

Harga rajungan hasil tangkapan nelayan benar-benar menyentuh titik nadir. Sempat bertengger di harga Rp100-105 ribu per kilogram pasca lebaran lalu. Kini menjelang akhir bulan Juni ini, harganya kian anjlok menjadi Rp40 ribu per kilogram.

“Harganya lagi anjlok. Rp40 ribu sekilo. Paling tinggi Rp60 ribu, itu rajungan hasil sortiran, yang gede-gedenya,” kata Ketua TPI Sukahaji, Kecamatan Patrol, H Thamrin kepada Radar Indramayu, Senin (27/6).

Menurut Abing, sapaan akrab H Thamrin, penyebab anjloknya harga rajungan gegara keran ekspor atau pengiriman ke luar negeri masih ditutup. Sejak bulan lalu, tak kunjung dibuka.

BACA JUGA:Puan Maharani dan Nina Agustina Bertemu di Acara FBIN

Sementara di sisi lain, rajungan hasil tangkapan nelayan lagi bagus-bagusnya. Stok melimpah. Alhasil harganya terkoreksi, kendati permintaan dari konsumen lokal mengalami peningkatan.

“Permintaan pasar lokal memang naik, tapi tidak sebanyak yang untuk dikirim ekspor. Jadi stok tetap banyak, harga turun,” ujarnya.

Abing belum mengetahui penyebab pengiriman rajungan ke luar negeri dihentikan sementara. Sampai dengan saat ini, banyak pengepul yang tutup. Nelayan tidak bisa bertransaksi karena belasan eksportir rajungan ternyata juga tutup sementara.

BACA JUGA:Kabar Marshanda Hilang di Amerika Serikat Dibantah Sang Adik

Alasan yang mengemuka dari para pengepul adalah, karena ada kelebihan stok di pabrik yang belum bisa diserap di negara tujuan ekspor.

Biasanya, rajungan hasil tangkapan nelayan di dua desa bertetangga itu ditampung oleh agen untuk kemudian diekspor ke pasar luar negeri seperti China, Amerika dan beberapa negara di Eropa.

Dari informasi yang diterimanya, China dan Amerika menjadi negara penyerap berbagai komoditas seafood terbesar dari Indonesia yang bersaing dengan India, Vietnam dan Australia.

Dengan kondisi ini, para nelayan terpaksa melempar tangkapannya ke pasar lokal dengan harga seadanya. Seperti menjual rajungan kepada para penjual eceran atau pengepul lokal.

“Harapan kami sih, supaya keran ekspor rajungan kembali dibuka. Supaya harganya bisa naik dan pendapatan nelayan meningkat. Kalau dengan harga yang anjlok sekarag, buat nutup biaya operasional saja tak cukup,” tandasnya. (kho)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: