Dari Gulma Menjadi Berkah: Inovasi Pemanfaatan Eceng Gondok untuk Ketahanan Pangan dan Ekonomi Masyarakat

Jumat 12-09-2025,15:59 WIB
Reporter : Adun Sastra
Editor : Leni indarti hasyim

INDRAMAYU, RADARINDRAMAYU.ID  – Selama ini eceng gondok sering dianggap sebagai tanaman pengganggu. Pertumbuhannya yang cepat menutupi permukaan sungai Cimanuk, menyebabkan pendangkalan dan menghambat aliran air.

Namun, melalui sentuhan ilmu pengetahuan dan inovasi, gulma yang biasanya dibuang begitu saja kini dapat disulap menjadi sumber pangan bergizi dan bahan baku kerajinan bernilai ekonomi tinggi.

Inovasi ini lahir dari kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) yang dilaksanakan oleh tim dosen lintas keilmuan antara Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indramayu (STIKes Indramayu) dengan Universitas Wiralodra (Unwir).

Tim tersebut diketuai oleh Dartiwen, S.ST., M.Kes., (dosen Prodi Pendidikan Profesi Bidan STIKes Indramayu) dengan anggota Setyo Dwi Widyastuti, S.KM., M.KM. (dosen Prodi Sarjana Kesehatan Masyarakat STIKes Indramayu) dan Entus Hikmana, S.Pt., M.P. (dosen Prodi Agrobisnis Unwir).

BACA JUGA:DPP AMSI Apresiasi Kesiapan Pemkab Indramayu dalam Pelaksanaan Pilwu Serentak 2025

“ Kegiatan ini mendapat dukungan pendanaan dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) Republik Indonesia tahun 2025,”jelas Dartiwen, S.ST., M.Kes., (dosen Prodi Pendidikan Profesi Bidan STIKes Indramayu).

Permasalahan Sungai Cimanuk: Eceng Gondok Sebagai Ancaman

Eceng gondok (Eichhornia crassipes) tumbuh subur di sepanjang aliran Sungai Cimanuk, termasuk di wilayah Desa Pagirikan, Kabupaten Indramayu. Pertumbuhan tanaman air ini yang tak terkendali telah menyebabkan pendangkalan sungai dan berpotensi menimbulkan banjir serta menurunkan kualitas ekosistem perairan.

Bagi masyarakat sekitar, lanjut Dartiwen, keberadaan eceng gondok sering dianggap beban, karena mengurangi fungsi sungai sebagai sumber air dan jalur aktivitas sehari-hari. Namun, tim dosen melihat potensi besar jika gulma ini dimanfaatkan secara tepat, baik untuk kebutuhan pangan maupun sebagai bahan baku kerajinan.

Dari Gulma Jadi Pangan: 10 Resep Makanan Bergizi
Melalui program PkM ini, eceng gondok diolah menjadi 10 jenis makanan bergizi. Tunas muda eceng gondok diolah setelah melalui proses pengolahan khusus untuk menghilangkan kandungan racun yang berbahaya.

BACA JUGA:Polres Indramayu Laksanakan Rekonstruksi Kasus Pembunuhan Putri Apriyani oleh Tersangka Alvian Maulana Sinaga

Proses ini dilakukan dengan pendekatan ilmu kesehatan, agar hasil olahan aman dikonsumsi dan memberikan manfaat gizi. Beberapa kreasi makanan yang lahir dari program ini antara lain:
1.    Es Krim Eceng Gondok
2.    Nugget eceng gondok,
3.    Bolu eceng gondok,
4.    Keripik eceng gondok,
5.    Dan lain sebagainya

“Selama ini masyarakat menganggap eceng gondok tidak berguna. Padahal, jika diolah dengan tepat, ia bisa menjadi sumber pangan alternatif yang mendukung ketahanan pangan keluarga,” jelas Dartiwen, S.ST., M.Kes., ketua tim pengabdian.

BACA JUGA:Strategi Content Marketing untuk Meningkatkan Traffic Website

Kerajinan Eceng Gondok: Menambah Pendapatan Keluarga
Selain diolah menjadi pangan, eceng gondok juga disulap menjadi berbagai kerajinan tangan bernilai ekonomis, seperti:
1.    Tas anyaman,
2.    Tempat tisu,
3.    Placemat,
4.    Keranjang serbaguna, dan produk dekoratif rumah tangga lainnya.
Kerajinan tangan ini memiliki pasar yang cukup luas, terutama untuk kebutuhan rumah tangga dan oleh-oleh khas daerah. Dengan demikian, eceng gondok tidak hanya menjadi solusi ketahanan pangan, tetapi juga menjadi peluang usaha yang memperkuat ketahanan ekonomi masyarakat.

Peran Mahasiswa: Mendampingi Mitra Secara Langsung

Kegiatan PkM ini juga melibatkan mahasiswa, yaitu Cipta Sari dari Prodi Sarjana Kesehatan Masyarakat dan Nijma Ruha dari Prodi Sarjana Kebidanan STIKes Indramayu.

BACA JUGA:Evan 'Dikambinghitamkan' Pelaku Pembunuhan Satu Keluarga di Paoman, KDM Bersimpati

 Keduanya aktif mendampingi masyarakat dalam proses pelatihan, mulai dari pengolahan eceng gondok menjadi makanan sehat hingga pembuatan kerajinan tangan.

 Keterlibatan mahasiswa ini memberi warna tersendiri, karena mereka tidak hanya belajar teori di kampus, tetapi juga langsung terjun ke lapangan untuk berkontribusi nyata bagi masyarakat.

Edukasi, Pelatihan, dan Pendampingan Berkelanjutan

Program PkM tidak hanya berhenti pada pengenalan potensi eceng gondok, tetapi juga memberikan penyuluhan, pelatihan, dan pendampingan intensif kepada masyarakat Desa Pagirikan. Masyarakat dilatih cara mengidentifikasi eceng gondok yang layak diolah, teknik pengolahan yang aman, hingga strategi pemasaran produk kerajinan agar memiliki daya jual tinggi.

BACA JUGA:Kolaborasi Jaga Ketahanan Energi dan Pangan, SKK Migas dan Pertamina EP Tingkatkan Sapras Pertanian

Hal senada disampaikan Setyo Dwi Widyastuti, S.KM., M.KM., edukasi kesehatan menjadi kunci penting dalam program ini.

"Eceng gondok mengandung zat berbahaya jika tidak diolah dengan benar. Oleh karena itu, penyuluhan berbasis ilmu kesehatan sangat penting agar masyarakat bisa mengonsumsinya dengan aman,” ujarnya.

Dampak Sosial dan Harapan Ke Depan

Kegiatan ini memberikan manfaat ganda:
1.    Lingkungan lebih bersih, karena eceng gondok yang menutupi sungai dimanfaatkan.
2.    Ketahanan pangan meningkat, berkat hadirnya makanan alternatif bergizi.
3.    Ekonomi masyarakat tumbuh, dengan lahirnya produk kerajinan tangan bernilai jual.
4.    Kesadaran masyarakat meningkat, bahwa gulma pun bisa bernilai jika diolah dengan tepat.
“Kami berharap kegiatan ini dapat menjadi contoh bahwa permasalahan lingkungan bisa diselesaikan dengan pendekatan multidisiplin, sambil memberi manfaat langsung bagi masyarakat,” pungkas Entus Hikmana, M.P.

BACA JUGA:Rekonstruksi Pembunuhan Putri Apriyani oleh Alvian Maulana Sinaga Digelar Tertutup, Keluarga Korban Kecewa

Ke depan, program ini diharapkan dapat diperluas ke desa-desa lain di sepanjang Sungai Cimanuk, sekaligus menjadi model inovasi pengelolaan gulma air untuk pemberdayaan masyarakat berkelanjutan.

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Desa Pagirikan menunjukkan bahwa eceng gondok bukan lagi sekadar gulma pengganggu, melainkan sumber daya yang dapat diolah menjadi pangan bergizi dan produk kerajinan bernilai ekonomi.

Kolaborasi antara dosen, mahasiswa, dan masyarakat melahirkan inovasi yang memperkuat ketahanan pangan, meningkatkan ekonomi keluarga, serta menjaga kelestarian lingkungan. Kami berharap, dari Sungai Cimanuk, inovasi ini menyebar sebagai inspirasi: bahwa dengan ilmu pengetahuan, kreativitas, dan kerja sama, masalah lingkungan bisa berubah menjadi berkah bagi masyarakat. (dun/adv)

BACA JUGA:Rekonstruksi Pembunuhan Putri Apriyani oleh Alvian Maulana Sinaga Digelar Tertutup, Keluarga Korban Kecewa

Kategori :