Kreatif, Siswa SMP Muhammadiyah Jatibarang Ciptakan Sabun Pencuci Piring
INDRAMAYU - SMP Muhammadiyah Jatibarang tidak hanya memberikan kemampuan akademik, tapi nonakademik pada peserta didiknya. Selain itu, siswa juga dibekali skill atau keterampilan, salah satunya membuat sabun cuci piring. Kepala SMP Muhammadiyah Jatibarang, M Nurdin Ibrahim mengatakan, pemberian keterampilan membuat sabun pencuci peralatan dapur kepada siswa merupakan program pengembangan jiwa wirausaha untuk menciptakan produk bernilai ekonomis. “Sebenarnya pembuatan sabun pencuci piring dan perabotan dapur inisiatif dari sekolah, pengembangan dari mata pelajaran IPA,” kata Nurdin saat ditemui wartawan di ruang kerjanya, Senin (19/8). Menurut Nurdin, produk pencuci perabotan dapur dengan nama sabun MU hasil kretivitas para siswa kelas VII adalah bentuk aplikasi kurikulum 13 (kurtilas). Di dalam kurikulum tersebut terdapat program pengembangan menciptakan sesuatu yang bernilai ekonomis dan dibutuhkan masyarakat. “Rencana ke depan sekolah akan membina siswa sesuai tingkatan, seperti kelas VII sekarang ciptakan produk sabun pencuci piring, sampai keluar jadi produk unggulan siswa. Nanti adik kelasnya ciptakan produk baru lagi, jadi setiap tingkatan mampu menciptakan produk unggulan sendiri-sendiri,” ujarnya. Nurdin menjelaskan, untuk pemasaran sabun MU masih dilakukan secara terbatas oleh siswanya dengan cara door to door dan pemasaran via online. “Untuk sabun botol ukuran 250 ml dijual Rp 4.000 ribu berikut donasi Rp 1.000,” ujarnya. Nurdin berharap, kreativitas siswanya itu bisa menjadi pengabdian SMP Muhammadiyah dalam beramal dan berusaha. Sehingga SMP Muhammadiyah bisa lebih dikenal masyarakat dan menumbuhkan jiwa berwirausaha siswa, serta meningkatkan SDM Indonesia lebih unggul. Sementara itu, Guru IPA Deny Sigit Sulistyo mengatakan, pembuatan sabun pencuci piring merupakan pengembangan mata pelajaran IPA yang mengenalkan bahan-bahan kimia kepada siswa. “Kita kenalkan bahwa tidak semua bahan kimia berbahaya. Namun dari berbagai bahan kimia dapat dimanfaatkan, menjadi produk bernilai jual bernilai ekonomis, salah satunya sabun pencuci piring,” ujarnya. Deny menjelaskan, dalam membuat sabun pencuci piring, siswa menggunakan empat macam bahan yakni SLS, NACL, Teksabon, dan bibit pewangi. “Sekali produksi anak-anak mampu menghasilkan 16 liter,” ujarnya. Meskipun tidak ada kendala dalam proses pembuatan, Deny mengaku masih kesulitan mendapatkan bahan-bahan. Di antaranya hanya didapat melalui pemesanan secara online, yang memakan waktu dan biaya cukup besar. “Bahan sulit dijangkau di wilayah tiga (Cirebon, red). Nanti saya berencana membuat pembersih lantai, sehingga pelajaran IPA bukan sebatas materi saja, tapi siswa diberikan program prakarya yang jauh lebih berguna dan bisa dijadikan peluang berwirausaha saat dewasa nanti,” ujarnya. (oni)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: