Kube Pasarkan Pedesan Entog Beku lewat Online
INDRAMAYU- Kelompok Usaha Bersama (Kube) Solot Berkah Desa Tegalurung membuat terobosan. Kube binaan Rumah Zakat Tegalurung ini berhasil memasarkan pedesan entog beku (freze) hingga ke luar daerah secara online. Dari inovasinya itu, mereka meraup omzet Rp10 juta per bulan. Pembina Kube Solot Berkah, Lastri Mulyani menjelaskan, Kube Solot Berkah merupakan cabang usaha dari Rumah Zakat Tegalurung yang merupakan program peningkatan ekonomi bagi penerima manfaat, dengan menggali potensi lokal, termasuk kuliner Indramyu yakni pedesan entog. “Awalnya hanya membina peternak entog saja. Tetapi ketika sudah besar harga jualnya tidak sebanding, jadi saya putar otok bagimana entog dari peternak binaan bisa bernilai ekonomis lebih tinggi dibandingkan jual entognya di pengepul,” kata Lastri, Selasa (24/9). Dikatakan Lastri, melihat harga jual yang rendah membuat kelompoknya mulai berinovasi mulai melirik bidang usaha kuliner olahan favorit dari Indramayu, yaitu pedesan entog. Namun, pedesan entog tidak bisa dipasarkan sampai keluar kota karena masakannya tidak tahan berhari-hari. Sehingga, dirinya kembali memutar otak agar orang luar daerah bisa menikmati pedesan entog. “Orang tua saja yang di Garut minta dikirim pedesan entog, tapi saya pikir tidak mungkin pedesan entog yang berkuah dikirim ke Garut. Ide itu muncul tiba-tiba dibuat kering dan di freze,” terangnya. Keberhasilan dalam membuat pedesan entog freze, lanjutnya, membuat banyak permintaan luar daerah yang ingin mencoba masakan khas Indramayu ini. \"Saya lihat ini jadi peluang bagus nih, jadi kita kumpulkan anggota dari kelompok ternak dan ibu-ibu yang masak juga, kita produksi pedesan entog freze,” ungkapnya. Diakuinya, pedesan entog freze selama setahun mampu berkembang pesat. Pemasarannya pun sampai kebeberapa wilayah mulai dari Bandung, Karawang, Bogor, hingga Batam. Diungkapkannya, dengan harga jual kemasan 500 gram Rp70 ribu, setiap Minggu mampu menghabiskan 5-6 ekor entog, sesuai pesenan, dan mampu bertahan lebih dari 6 bulan. “Lebih banyak kita kirim ke Bandung, kirimnya juga pakai travel. Jika lagi banyak pesanan per minggu bisa habiskan 10 ekor entog, omzet sudah Rp10 juta. Sedangkan untuk target omzet kita kejar Rp20 juta. Kita juga terima pesanan porsi makan cup kecil plus nasi Rp20 ribu per porsinya, bisa diantarkan untuk wilayah Indramayu kota,” beber Lastri. Lastri mengaku selama menjalankan usaha pedesan entog freze tidak ada kendala terutama dari segi bahan baku, namun dalam segi pemasaran masih terbatas secara online dan offline. Sedangkan, untuk pembelian entog dari peternak dibeli dengan harga yang lebih tinggi di bandingkan pengepul. “Ada 8 peternak binaan entognya kita beli. Selama 3 kali jual omzetnya Rp6 juta. Inikan lumayan, hasil penjual serahkan semua pengelolaannya kepada kelompok, apa untuk pengembangan ternak, atau pengembangan usaha di sektor lainnya,” katanya. Lastri berharap kelompok usaha bersama (Kube) yang dibinaannya bisa berkembang semakin besar, dan masyarakat yang terlibat semakin banyak. Sehingga, masyarakat desa lebih berdaya, lebih mandiri, dan lebih sejahtera. “Mungkin kedepan kita akan bikin warung pedesan yang dikelola penerima manfaat, bisa membuka peluang usaha, dan bisa menjadi wadah menampung bagi peternak entog di desa, agar mereka tidak kesulitan dalam menjual entognya,” ujarnya. (oni)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: