Binaan Pertamina EP Asset 3, Bank Sampah Serbaguna Raih Nusantara Award 2019

Binaan Pertamina EP Asset 3, Bank Sampah Serbaguna Raih Nusantara Award 2019

INDRAMAYU-PT Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field menerima Pengharagaan Nusantara CSR Award 2019 yang diselenggarakan oleh The La Tofi School CSR, dalam kategori pelibatan komunitas dalam menangani sampah. Penghargaan ini diterima Government & Public Relation Ast Mgr Pertamina EP Asset 3, Rizki Vistiari. Seperti apa penanganan sampah yang dilakukan? Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field selalu menebar kepedulian terhadap warga sekitar daerah operasi. Salah satu diantaranya adalah melalui pendirian Bank Sampah. Melalui program pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat di Desa Karanganyar, Kecamatan Kandanghaur Kabupaten Indramayu, ternyata program ini mampu memberdayakan warga setempat. Desa Karanganyar, Kecamatan Kandanghaur Kabupaten Indramayu merupakan salah satu desa di kawasan pantura Indramayu yang mendapatkan dampak negatif dari tidak adanya pengelolaan sampah yang baik. Hampir setiap tahun desa ini selalu dilanda banjir. Banjir terbesar terjadi pada musim penghujan di awal tahun 2014. Saat itu, banjir berlangsung cukup panjang. Petani padi dan pembudidaya lele pun harus mengalami kerugian tinggi, akibat 80% lahan sawah dan empang terendam banjir. Selain curah hujan tinggi, tanggul jebol, penyebab banjir lainnya adalah pola hidup masyarakat yang masih kerap membuang sampah ke sungai. Masyarakat Desa Karanganyar dengan tingkat pendidikan 45.1% lulusan SD, masih kurang memiliki pemahaman dan kesadaran akan lingkungan yang bersih dan sehat. Berdasarkan hasil social mapping (socmap) yang dilakukan di Desa Karanganyar, sampah menjadi salah satu isu lingkungan wilayah ini. Untuk itulah PT Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field menggulirkan program pemberdayaan masyarakat “Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat” di desa tersebut. “Program ini merupakan rencana jangka panjang. Kedepan diharapkan dapat membentuk suatu kampung percontohan. Yaitu kampung dengan kesadaran masyarakat yang tinggi dalam masalah pengelolaan sampah dan pemanfaatan pekarangan. Selain itu juga upaya peningkatan kondisi ekonomi keluarga, melalui peningkatan keterampilan ibu rumah tangga dalam usaha kerajinan rumahan,” kata Rizki Vistiari. Dikatakannya, sasaran penerima manfaat adalah penduduk Desa Karanganyar yang berjumlah 13.467 jiwa. Kelompok Bank Sampah Serbaguna Karanganyar terbentuk pada tanggal 18 Mei 2015 dengan jumlah anggota kelompok sebanyak 12 orang. Nama “Serbaguna” memiliki arti bahwa bank sampah bukan hanya sebagai tempat untuk menukar sampah. Bank sampah Serbaguna juga merupakan sarana terbuka untuk belajar masyarakat. Saat ini jumlah unit bank sampah hingga Juni 2019 sebanyak 8 unit, dengan rata-rata jumlah nasabah 20 orang per unit. Salah satu program dalam kegiatan Bank Sampah ini adalah Pinjaman Usaha Kecil Investasi Sampah (PUKIS). Program PUKIS ini ternyata sangat tepat. Karena Desa Karanganyar merupakan desa yang padat penduduk, dengan mata pencaharian utama masyarakatnya adalah bertani dan berdagang. Terdapat banyak pedagang kecil yang terkadang kesulitan modal, seperti pedagang cilok keliling. “Bank Sampah membuat inovasi berupa pinjaman uang kepada para pedagang cilok berbayar sampah,” tandas Rizki. Program Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat binaan PT Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field ini ternyata telah memberikan dampak positif. Baik aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Buktinya, 400 m2 lahan tidur telah termanfaatkan untuk Bank Sampah. Sebanyak 346 KK peduli sampah. Kemudian 21.789 kg sampah terkumpul dan diolah, dan 60% tumpukan sampah di sungai dan got berkurang. “Jadi dampaknya benar-benar nyata dan terasa,” tambah Rizki. Untuk aspek ekonomi, juga telah menghasilkan pendapatan sebesar Rp200 ribu hingga Rp1 juta per bulan dari usaha kelompok. Dari aspek kemitraan, telah menjalin 3 mitra kelompok yakni pemerintah, bank sampah, Dinas Lingkungan Hidup, dan pabrik besar. Dampak positif lainnya, adanya program ini menjadikan penerima manfaat atau anggota kelompok banyak mendapat ilmu dan pengalaman baru. Anggota kelompok menjadi orang yang berpengaruh dan peduli terhadap lingkungan sekitar. (oet)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: