Tanda Musim Tanam, Upacara Adat Ngarot Wariskan Tradisi pada Generasi Muda

Tanda Musim Tanam, Upacara Adat Ngarot Wariskan Tradisi pada Generasi Muda

Desa Tugu Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu hingga kini terus melestarikan adat ngarot. Adat leluhur desa ini digelar setiap menjelang musim tanam padi (musim rendeng). Bagaimana suasananya? UTOYO PRIE ACHDI, Lelea WARGA desa menyambut antusias upacara adat ngarot yang digelar Pemdes Tugu Kecamatan Lelea. Mereka berbaris melihat dari dekat tradisi yang turun temurun ini. Sesepuh desa tampak mengenalkan para peserta ngarot atau yang biasa disebut kasinoman bagaimana cara berdagang atau berjualan. Dalam hal ini kasinoman putra bertindak selaku pembeli dan kasinoman putri sebagai pedagangnya. Kuwu Desa Tugu Kecamatan Lelea, H Zaenal Arifin menyebutkan, upacara adat ngarot merupakan simbol para kasinoman putra dan putri yang dikumpulkan. Pada prosesi adat tahunan tersebut, lanjut Arifin, pemerintah desa selaku pemangku hajat selalu menekankan terhadap kasinoman untuk selalu belajar dalam segala hal. Berdagang adalah salah satu hal yang akan ditemui setelah mereka menghadapi rumah tangga. selain itu dalam hal pertanian pun mereka harus senantiasa bisa meneruskan apa yang menjadi salah satu sumber mata pencaharian masyarakat Desa Tugu. “Ngarot salah satu wujud nyata terhadap pelestarian budaya dan tradisi daerah yang ada di desa kita. Oleh karena itu mari bersama-sama membangun demi kemajuan Desa Tugu untuk di masa depan,” jelas Arifin. Perwujudan dan pelestarian tradisi, menurut Arifin, harus terus dilakukan. Begitu pula dalam segi pembangunan yang dilakukan demi kemajuan dan kesejahteraan desa. Menurutnya, partisipasi serta peran serta masyarakat dalam membangun desa dalam segala bidang sangat dibutuhkan. Sehingga bisa terwujudnya keselarasan, kebersamaan dan kekompakan semua elemen masyarakat. “Melalui adat ngarot yang dilaksanakan bisa tercipta keharmonisan dalam masyarakat,” tandasnya. Sementara itu, Camat Lelea Hatta Direja SSTP mengatakan, ngarot yang sebagian besar oleh masyarakat Kecamatan Lelea merupakan simbol atau tanda dimulainya musim tanam segera dilaksanakan. Sebagai adat desa yang sejak dulu sudah ada dan hingga kini terus dilaksanakan, bisa membawa suatu daerah bisa dikenal dan diingat oleh masyarakat luar daerah. Selain itu, adat yang hingga sekarang terus dilaksanakan akan membawa kebaikan. Karena pada upacara adat ngarot terdapat simbol atau tata cara yang bisa diturunkan bagi generasi muda pada masa mendatang. “Sebagai salah satu media silaturahmi antar warga, bahkan salahsatu pemersatu semua unsur yang termasuk didalamnya elemen pemuda, dan salahsatu wadah untuk melekatkan lagi rasa gotong royong antar sesama,” tutur Hatta. Zaenal Arifin menambahkan, kemeriahan upacara adat ngarot tidak lepas dari peran serta semua eleman masyarakat Desa Tugu. Ia berharap wujud nyata pelestarian adat dan tradisi akan terus dilaksanakan. “Karena kita harus selalu menghormati hasil karya para leluhur atau sesepuh, yang telah melaksnakan tradisi tersebut dari dulu,” pungkasnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: