Kecap Junti, Warisan Tradisional dari Tahun 1962: Siap Bersaing di Pasar Modern!
Seorang warga melihat Kecap Kijang Emas yang ada di sebuah warung, beberapa waktu lalu. --radarindramayu.id
Salah satunya adalah Rumah Makan Ikan Bakar Perdut yang rutin memesan 40 liter kecap per produksi.
Dalam satu kali proses produksi, Ade dan tim mengolah lebih dari satu kuintal kedelai hitam, menciptakan dampak ekonomi lokal yang signifikan.
Dengan harga mulai dari Rp15 ribu untuk botol kecil hingga Rp25 ribu untuk ukuran 300 ml, Kecap Junti menjadi produk UMKM yang mampu bersaing di pasar tradisional, bahkan pasar modern.
Ade juga memastikan kemasan yang digunakan sudah higienis, menjadikannya lebih menarik bagi konsumen.
Selain Kecap Kijang Emas, Desa Juntinyuat juga memiliki puluhan pengrajin kecap lain, menjadikan kecap tradisional sebagai ikon desa.
Industri ini tidak hanya melestarikan warisan budaya, tetapi juga menggerakkan roda ekonomi masyarakat.
Dengan tetap mempertahankan tradisi sekaligus beradaptasi dengan kebutuhan pasar, Kecap Junti menjadi contoh nyata bagaimana produk lokal bisa bertahan dan berkembang.
“Alhamdulillah, usaha ini masih berjalan sampai sekarang, dan semoga bisa terus diwariskan ke generasi berikutnya,” tutup Ade penuh harap.
Kisah Kecap Junti bukan sekadar cerita kuliner, melainkan bukti nyata bahwa tradisi yang dikelola dengan baik, dapat menjadi pilar ekonomi masyarakat lokal.
Kontributor Tulisan: Rafif, Wartawan Magang Radar Indramayu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: