Lestarikan Budaya, BPK IX Jabar Adakan Revitalisasi Tembang Dolanan Bocah Dermayu
Revitalisasi Tembang Dolanan Bocah Dermayu di halaman Museum Bandar Cimanuk berlangsung meriah, tampak para guru, siswa-siswi, dan masyarakat umum menghadiri acara tersebut, pada Rabu, 30 Oktober 2024. --radarindramayu.id
RADARINDRAMAYU.ID – Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) IX Wilayah Kerja Jawa Barat, bekerja sama dengan Disdikbud Kabupaten Indramayu, Lembaga Kebudayaan Indramayu, Lembaga Basa lan Sastra Dermayu, dan Museum Bandar Cimanuk, mengadakan acara "Revitalisasi Tembang Dolanan Bocah Dermayu," sebagai upaya untuk melestarikan budaya lokal yang hampir terlupakan.
Acara berlangsung di halaman Museum Bandar Cimanuk, pada Rabu, 30 Oktober 2024, dihadiri oleh berbagai kalangan, yakni siswa-siswi serta guru SDN Margadadi 1 sampai 7, seniman, budayawan, dan masyarakat umum.
Faris Al-Faisal, Ketua Lembaga Basa lan Sastra Dermayu, menyatakan bahwa kegiatan tersebut bertujuan mengangkat nyanyian permainan anak-anak Indramayu agar tetap eksis.
"Tujuan kami adalah mengangkat tembang dolanan bocah Dermayu, yang hampir punah ini supaya bisa dilestarikan, bisa dimainkan, dan bisa dikembangkan," ujar Faris kepada Radar Indramayu, pada Rabu, 30 Oktober 2024.
Menurut Faris, tembang dolanan bocah Dermayu adalah lagu-lagu tradisional yang biasanya dinyanyikan oleh anak-anak saat bermain.
"Sasarannya secara umum masyarakat Indramayu, dan khususnya anak-anak SD," ucapnya.
BACA JUGA:Lolos ke Ronde-4, Timnas Indonesia akan Dikepung 5 Negara dari Asia Barat, Bisa Dicurangi Lagi!
Supali Kasim, Sastrawan Indramayu, yang turut serta memandu anak-anak melantunkan tembang dolanan bocah Dermayu, menyatakan bahwa acara ini berfungsi melatih kecerdasan anak-anak secara intelektual dan emosional.
"Acara ini berfungsi memberikan kecerdasan emosional dan intelektual kepada anak. Nah, dari sini kita menganggap itu sesuatu yang penting. Harus dilestarikan," tegasnya.
Lebih lanjut, Supali menyatakan bahwa nyanyian khas Indramayu tersebut sudah sangat jarang dilantunkan di era saat ini.
"Kita melihat (saat ini) tembang dolanan bocah itu ada, tapi jarang dipakai, mungkin tidak dipakai lagi," katanya.
Kata Supali, selain memiliki makna mendidik, tembang ini juga mengandung nilai-nilai sosial dan budaya yang penting untuk ditransmisikan kepada generasi muda.
"Jangan sampai gajah di pelupuk mata gak keliatan, tapi semut di seberang laut keliatan. Artinya tembang luar negeri kita tahu, tapi tembang asli Dermayu malah gak tahu," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: