Inilah Pengakuan Para Pelaku Kawin Kontrak, Di Antaranya Berasal dari Indramayu: Sial Punya Anak

Inilah Pengakuan Para Pelaku Kawin Kontrak, Di Antaranya Berasal dari Indramayu: Sial Punya Anak

Pengakuan pelaku kawin kontrak di Kabupaten Indramayu.-Istimewa-RADARINDRAMAYU.ID

BACA JUGA:Sahabat Sejak Kecil, Mees Hilgers dan Eliano Bisa Jadi Jembatan Jayden Oosterwolde Gabung Skuad Garuda?

Perempuan lulusan sebuah perguruan tinggi swasta di Jakarta itu mengatakan, mulanya dia hanya iseng. Namun perkawinan di luar norma itu justru keterusan.

“Nongkrong di kafe atau di diskotek juga bukan kebiasaan saya, karena pergaulan bebas saya terjerumus. Nggak tahan banting, ketimbang rugi mendingan kawin kontrak dengan bule,” ungkap Mita seperti ditulis Andy.

Mita memang menikmati perkawinan model itu. Namun dia sangat sadar jika dalam posisi yang lemah. Secara hukum dia tidak bisa menuntut apa-apa jika kontrak telah berakhir.

“Habisnya bagaimana lagi, toh dengan kawin kontrak saya bisa berlimpah materi dan tidak kekurangan,” ungkapnya.

BACA JUGA:Nama Mees Hilgers Ada di 6 Besar Bek Tengah Asia Paling Bernilai, Pertahanan Kuat Lawan Bahrain dan China

Apalagi dalam perkawinannya membuahkan seorang anak. Walau hal itu di luar program, tapi sudah terjadi. Mita pun harus menerima kenyataan tersebut.

“Kandungan saya waktu itu sudah membesar dan nggak mungkin digugurkan walaupun sudah berusaha keras,” urai Mita lagi.

Setelah kontrak berakhir, sang suami pergi meninggalkan dia dan buah hati mereka. “Padahal anak itu anaknya. Saya tidak dapat menuntutnya karena masa kontrak keburu habis,” tandasnya.

Mita mengakui jika menikah kontrak itu bukan kepepet karena hamil. Tapi sang pasangan menawarkan kemewahan dan menjamin hidupnya.

BACA JUGA:Kawin Kontrak, Bukan Hanya di Cianjur - Indramayu, Hampir di Seluruh Indonesia Ada

Ada lagi model kawin kontrak yang lain. Durasinya hanya setiap akhir pekan. Seperti diungkap oleh Sartinah.

Janda berusia 23 tahun asal Indramayu ini dikawin kontrak setiap akhir pekan oleh pengusaha asal Jakarta.

Dia bersedia menjadi isteri selama akhir pekan hanya bermotif ekonomi. “Saya nggak mikir, yang penting saya dapat duit tiap bulannya untuk membantu keluarga. Saya orang miskin, mau kerja bingung, wong cuma lulusan SMP,” ungkap  dia.

Suaminya, lanjut Sartinah, datang memang tidak tiap hari. Sesuai kesepakatan sang suami datang di tiap-tiap akhir pekan saja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: