Resiko Kehilangan Nyawa, Buruh Tandur Dibayar Rendah

Resiko Kehilangan Nyawa, Buruh Tandur Dibayar Rendah

LANGKA – Profesi buruh tandur makin langka. Mirisnya, upah yang mereka dapat terbilang minim. Tak sebanding resiko yang dihadapi ketika mendapat orderan tanam padi sampai keluar wilayah kecamatan maupun kabupaten.--

INDRAMAYU, RADARINDRANAYU.ID -Kecelakaan maut yang menimpa rombongan tandur asal Blok Bojongraong, Desa Tanjungkerta, Kecamatan Kroya mengundang keprihatinan banyak pihak. Prihatin, lantaran resiko yang mereka alami tak sebanding ketimbang upah yang didapat. Sampai ada yang harus kehilangan nyawa.

Saban memasuki musim tanam, jasa kuli tanam padi alias buruh tandur lagi benar-benar dibutuhkan. Sementara, keberadaan mereka semakin sulit dicari.

Sudah berlangsung lama. Semenjak kebanyakan warga memilih bekerja keluar negeri menjadi TKI atau buruh pabrik, ketimbang bermandi lumpur disawah.

Tak terkecuali di Bumi Wiralodra, yang meski disebut sebagai salah satu daerah lumbung padi nasional.

BACA JUGA:Diler Chery Cibubur, Perkuat Jaringan Penjualan TIGGO Family di Wilayah Jabodetabek.

Diwilayah barat Kabupaten Indramayu, hanya ada sejumlah kecamatan yang masih terdapat kelompok-kelompok buruh tandur. Paling di kenal yaitu pasukan buruh tandur asal Kecamatan Kroya dan Bongas.

Disana, grup tandur merupakan kumpulan orang-orang dari beberapa RT atau Blok. Jumlahnya sekitar 20-30 orang perrombongan. Diantara mereka ada yang memiliki ikatan persaudaraan atau tetangga. Mayoritas perempuan, usia lanjut. Diatas 50 tahun.

Itulah kenapa, buruh tandur dari dua kecamatan bertetangga itu mendapat order atau pekerjaan tanam lebih banyak. Sampai menjelajah ke luar wilayah kecamatan bahkan kabupaten.

Merekapun harus menggunakan kendaraan roda empat untuk menuju lokasi yang dituju. Biasanya mobil bak terbuka, seperti pikap. Berdesakan, bergelantungan. Resiko berat itulah bermula.

BACA JUGA:Akhirnya SDN 17 Kuningan Direlokasi

“Biasanya kan begitu, rombongan puluhan orang naik satu mobil. Pilihnya mobil bak terbuka biar bisa muat semua. Ada yang diatas, dibawah, ada yang gelantungan. Resiko nyawa mengintai selama perjalanan,” kata Waryono Batak, tokoh petani asal Kecamatan Kandanghaur, Jumat (13/1).

Ia mengakui, grup tandur paling terkenal dari wilayah Inbar, berasal dari Kecamatan Kroya dan Bongas. Terkenal guyub, ulet dan mau diminta bekerja tanam padi dimana saja. “Sampai ke Susukan, Cirebon itu. Untuk wilayah barat, mayoritas pakai tenaga mereka,” ungkap dia.  

Ketua KTNA Kecamatan Kandanghaur ini juga membenarkan, buruh tandur semakin langka. Di desanya saja, jumlahnya terisa segelintir orang. Karena itu, tenaganya akan terus dibutuhkan.

Terlebih masih banyak petani yang menggarap sawahnya secara konvensional. Ogah-ogahan menggunakan teknologi pertanian modern. Seperti mesin tanam padi otomatis atau rice transplanter.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: