Produk Masuk Syawalan, Omzet Petani Hidroponik Hingga Rp30 Juta/Bulan

Produk Masuk Syawalan, Omzet Petani Hidroponik Hingga Rp30 Juta/Bulan

Sekarang, bertani tidak lagi identik dengan kotor-kotoran dan penuh lumpur. Dengan teknologi, seperti hidroponik, bertani bisa dilakukan di lahan sempit dengan hasil menjanjikan.

ANANG SYAHRONI, Jatibarang

ADALAH Syamwil, warga Karangmalang Desa Jatisawit Kecamatan Jatibarang mampu mengembangkan pertanian dengan sistem hidroponik. Pemilik Reang Hidroponik ini, berhasil mewujudkan mimpi petani milenial, dimana bertani tidak harus bekerja di sawah dan kebun luas.

Dengan hidroponik, Syamwil berhasil menanam sayuran sehingga produknya bisa dipasarkan hingga swalayan. Tentunya, produk sayuran ini sehat untuk dikonsumsi.

Saat ini, hasil pertanian Reang Hidroponik telah merambah ke beberapa resto di wilayah Cirebon dan swalayan modern. Dalam sebulan mampu mengeluarkan sayuran sebanyak 3.000 psc, kemasan seberat 250 gram. Dengan harga jual setiap jenis sayuran berbeda dari Rp20 ribu sampai Rp35 ribu. Diakui Syamwil, sejak pandemi omzetnya menurun sampai 70 persen, tetapi masih menjanjikan. “Sekarang rata-rata omzet per bulan Rp30 jutaan,” ungkap Syamwil.

Menurutnya, hasil hidroponik masih tinggi karena media tanam hidroponik bisa mengurangai biaya produksi hingga 40 persen. Meningkat, dalam hidroponik bisa memangkas sejumlah biaya, seperti biaya bajak lahan yang tidak ada di lahan hidroponik. “Biaya pestisida juga tidak ada, biaya nutrisi atau pupuk bisa lebih terkontrol,\" akunya.

Syamwil menceritakan, sebelum mengembangkan sistem hidroponik, dirinya memang hobi berkebun sayuran sejak tahun 2016 dengan memanfaatkan pekarangan rumah.

Sampai pada puncaknya, Syamwil memilih berkebun sayuran media hidroponik. Seiring perjalanan waktu, ia melihat adanya peluang besar dari hobinya tersebut sehingga mulai belajar dan menekuni hidroponik dan sering mengikuti pelatihan berkebun hidroponik.

“Alhamdulillah, setelah melihat prospek yang bagus, saya mulai serius. Sudah banyak market-market mulai produksi lebih banyak di pekarangan rumah yang lebih luas,” ujarnya.

Berkat dukungan keluarga, Syamwil mulai mengembangkan di lahan yang lebih luas, dengan membuat green house secara tertutup. Hal itu juga dilakukan untuk menjaga kualitas jenis sayurannya agar tetap sehat untuk dikonsumsi, bebas dari penggunaan pestisida. Dikatakannya, sayuran hidroponik yang dikembangkannya juga memilik kelebihan “Tekstur yang lebih renyah dari sayuran konvensional dan mampu bertahan hingga 3 hari tersimpan di suhu ruangan,” pungkasnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: