Panggung Budaya di Indramayu Serukan Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan
Sejumlah pihak berfoto bersama usai pementasan Panggung Budaya, Sabtu malam, 6 Desember 2025. --radarindramayu.id
Ketua Dewan Kesenian Indramayu, Ray Mangku Sutentra, juga menyampaikan keprihatinannya atas masih maraknya kekerasan terhadap perempuan, termasuk pekerja migran.
BACA JUGA:Perkuat Komitmen Keberlanjutan, BRI Gelar Aksi Tanam Pohon dan Ajak Masyarakat Peduli Lingkungan
Ia mendorong seluruh pihak—pemerintah, aktivis, dan masyarakat luas—untuk bergerak bersama menolak segala bentuk kekerasan.
Sementara itu, Koordinator Migrant CARE Indramayu, Muhammad Santosa, memaparkan data Kementerian Pekerja Migran RI yang mencatat 57,56 persen pekerja migran Indonesia adalah perempuan, sekitar 13.003 orang setiap tahunnya.
Ia juga menyoroti meningkatnya laporan kekerasan terhadap pekerja migran perempuan, mencapai 154 kasus, naik dari bulan sebelumnya yang berjumlah 103 kasus.
Sejak 2023, sekitar 65 persen pengaduan yang ditangani Migrant CARE berasal dari perempuan.
“Banyak korban memilih diam karena pelakunya merupakan orang berpengaruh. Karena itu, tema ‘Diam Tertindas, Bangkit Bersuara’ sangat relevan untuk mengungkap kasus-kasus ini,” ujarnya.
BACA JUGA:Kenapa Kiper Asing Persib Tak Dimainkan? Jawaban Pelatih Bikin Kaget!
Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan secara resmi dibuka malam itu, dengan harapan gerakan bersama masyarakat dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman dan bebas kekerasan bagi perempuan dan anak di Indramayu.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:

