RADARINDRAMAYU.ID – Masa depan bek Timnas Indonesia, Mees Hilgers, tiba-tiba menjadi sorotan tajam setelah kisruh dengan klub Belanda FC Twente memunculkan tudingan perundungan (bullying) secara terang-terangan dari klub kepada sang pemain.
Situasi ini memanas sejak Hilgers menolak memperpanjang kontraknya yang akan habis pada Juni 2026.
Mengakibatkan dirinya dibekukan total dari skuad utama dan tak dimainkan sejak awal musim Eredivisie 2025/26.
Tak hanya itu, Asosiasi Pemain Profesional Belanda (VVCS) dengan lantang mengecam keputusan Twente.
Menyebut kasus ini sebagai bentuk penyalahgunaan kekuasaan dalam dunia sepak bola modern.
Ultimatum yang diberikan Twente “Perpanjang kontrak atau tidak main sama sekali!” yang menjadi preseden menakutkan bagi pemain yang punya aspirasi berkembang dan ingin mencari tantangan di luar sana.
Kini, nasib Hilgers berada di ujung tanduk, sementara gelombang kritik berdatangan dari pengamat, asosiasi, hingga warganet di Belanda dan Indonesia.
Perseteruan antara Mees Hilgers dan FC Twente tak ubahnya drama kontrak penuh konflik yang mengundang perhatian dua negara.
BACA JUGA:Bojan Hodak Beri Sinyal Adam Przybek Bisa Main saat Persib Bandung Hadapi Persita di Gianyar Bali
Sejak awal musim 2025/26, Hilgers belum sekalipun diturunkan oleh Twente. Bermula dari kegagalan transfernya di bursa musim panas.
Hilgers menolak menandatangani perpanjangan kontrak yang akan berakhir pada musim panas 2026, berharap ada peluang hijrah ke klub lain di masa datang.
Klub lantas menyegel peluangnya tampil sepenuhnya, bahkan menghapus namanya dari skuad sejak pramusim hingga pekan ketujuh Eredivisie.
Kondisi ini tidak luput dari sorotan asosiasi pesepakbola profesional Belanda, VVCS. Direktur VVCS Louis Everard secara terbuka menyerang kebijakan FC Twente yang.
BACA JUGA:3 Keputusan Berani Patrick Kluivert yang Bisa Tentukan Nasib Timnas Indonesia di Round 4 Grup B