Ketika seorang pemimpin tidak membuka ruang partisipatif dalam merumuskan kebijakan, maka besar kemungkinan kebijakan yang lahir tidak selaras dengan kebutuhan dan nilai-nilai masyarakat.
Terlebih dalam konteks sosial Jawa Barat yang plural, sarat dengan nilai-nilai keagamaan dan adat istiadat, pendekatan sepihak justru berpotensi menimbulkan resistensi, salah paham, dan bahkan perpecahan.
Maka dari itu, kajian ini berusaha menggali secara mendalam pentingnya menghindari gaya kepemimpinan one man show, dan mendorong praktik musyawarah dalam setiap kebijakan publik.
Dengan mengangkat perspektif agama, budaya, sosial, dan politik, serta mengambil pelajaran dari dinamika kepemimpinan KDM, tulisan ini ingin menegaskan bahwa kebijakan yang baik saja tidak cukup, namun harus juga ditempuh melalui cara yang baik — yaitu musyawarah.
Melalui pendekatan inilah diharapkan dapat terbangun suasana kebatinan yang kondusif dan konstruktif, dalam membangun Jawa Barat Istimewa, berkeadaban, dan berkarakter.
BACA JUGA:Dejavu! Timnas Indonesia Kembali Jumpa Vietnam di Final Piala AFF U-23 2025, Ulangi Pil Pahit?
Kepemimpinan adalah amanah yang sangat berat dalam pandangan agama, budaya, dan konstitusi.
Seorang pemimpin dituntut untuk tidak hanya mengandalkan kekuatan personal, tetapi juga kebijaksanaan kolektif melalui musyawarah.
Dalam konteks ini, gaya kepemimpinan KDM yang dikenal tegas, turun langsung ke masyarakat, namun sering dinilai melakukan pendekatan one man show — perlu dikaji secara lebih mendalam dalam prespektif multidimensional.
Gaya Kepemimpinan One Man Show
Gaya kepemimpinan one man show seringkali lahir dari niat baik dan semangat kuat untuk perubahan cepat.
Namun, kebijakan yang tidak dikonsultasikan secara luas dengan stakeholder; seperti DPRD, ormas Islam dan non-Islam, ulama, budayawan, dan tokoh masyarakat, bisa berdampak pada:
- Tidak sesuainya kebijakan dengan nilai lokal masyarakat.
- Potensi penolakan sosial.
- Terganggunya harmoni budaya dan agama.
- Runtuhnya legitimasi politik jangka panjang.
Contoh konkret seperti keputusan penataan ruang publik atau relokasi, meski niatnya baik, kerap menuai pro dan kontra karena kurangnya proses musyawarah yang transparan.
Pentingnya Musyawarah dalam Perspektif Agama
a. Al-Qur'an, musyawarah adalah perintah yang jelas dalam Islam:
"Dan (bagi) orang-orang yang menerima (taat) kepada Tuhannya dan mendirikan salat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka." (QS. Asy-Syura: 38)
b. Hadis, Nabi Muhammad SAW Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Tidak akan kecewa orang yang bermusyawarah." (HR. Thabrani)