Ahmad Khoeri Dirikan Perpustakaan Mandiri untuk Umum

Ahmad Khoeri Dirikan Perpustakaan Mandiri untuk Umum

Sebanyak 8.000 buku tertata rapih di rak-rak Perpustakaan S16 Blok Karang Tengah Desa Leuwigede Kecamatan Widasari. Dari perpustakaan pribadi ini, budaya literasi terus menggema. Kehadiran perpustakaan yang kini bisa digunakan untuk umum ini, ternyata tidak mulus. Bagaimana lika-likunya? ANANG SYAHRONI, Widasari ADALAH Ahmad Khoeri SPd (26), sosok pemuda yang mampu berjuang secara mandiri untuk mendirikan perpustakaan di kampungnya. Tekad pria yang akrab disapa Khoeri ini untuk mendirikan perpustakaan mandiri, bukan dalam waktu sebentar. Berawal dari hobi membaca, Khoeri mulai mengoleksi buku-buku sejak di Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin. Dia sisihkan uang saku untuk membeli buku bacaan. Kebiasaan mengoleksi buku bacaan ini, dibawa Khoeri saat melanjutkan studi Strata 1 (S1) pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra (PBSI) di Universitas Islan Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Hingga menyelesaikan program studinya pada tahun 2018,  Khoeri mampu mengumpulkan 8.000 judul buku. Bermodalkan buku-buku bacaan yang dikoleksinya sejak 2010 ini, Khoeri mendirikan perpustakaan pada bulan Oktober 2018. Khoeri mengaku, dirinya termovitasi untuk mendirikan perpustakaan karena melihat masih rendahnay budaya literasi di masyarakatnya. Meskipun awalnya mendapat penolakan dari orang tua, namun berkat kegigihannya mampu melunakkan hati orang tuanya dan berbalik mendukung adanya perpustakaan pribadi dan umum. Bahkan, membangunkan fasilitas ruangan untuk dijadikan ruang perpustakaan berukuran 4x7 meter. “Mungkin karena orang tua saya mulai terbuka, zaman sekarang yang namanya pergolakan SDM tidak bisa dihindari lagi, maka butuh gerakan untuk meningkatkan SDM masyarakat di desa salah satunya dengan gerakan literasi. Namun fasilitas ketersedian taman baca di tengah masyarakat masih sangat minim,” ucap  Khoeri saat ditemui Radar Indramayu di sela-sela kegiatannya, Rabu (30/10). Berbagai judul buku untuk beragam usia berhasil dikoleksi. Mulai dari buku untuk anak-anak, novel, buku agama, dan umum tersedia di perpustakaan yang dikelola secara mandiri. Menurut guru di SMP Nurul Halim Widasari ini, perpustakaanya sudah sering dikunjungi sekolah-sekolah TK hingga perguruan tinggi di Kabupaten Indramayu. Kemampuan mengelola perpustakaan didapatnya saat masih menempuh pendidikan tinggi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Khoeri menjadi asisten perpustakaan kampus selama 3,5 tahun sebagai penata buku. “Sedangkan untuk nama S16 itu saya ambil dari surat yang ada di dalam Alquran, yaitu surat ke 16 Surat An-Nahl yang artinya lebah. Ada filosofisnya sendiri, pada binatang lebah ini menghasilkan madu. Membaca diibaratkan seperti madu yang memberi nutrisi kebaikan pada otak, membuka wawasan khazanah keilmuan,\" ujarnya. Selain melakukan gerakan literasi dengan membuka perpustakaan pribadi dan umum, Khoeri yang tergabung dalam Ikatan Pemuda Nahdatul Ulama (IPNU) ini mengadakan gerakan literasi kajian-kajian buku melalui electronic book (e-book) melalui grup Whatsaap, sebagai bahan bacaan penambah wawasan kajian keagamaan. Khoeri berharap, dirinya bisa mengembangkan perpustakaan S16 dengan mengoleksi 15 ribu buku di tahun 2020 sebagai sumber referensi bahan bacaan masyarakat di Kecamatan Widasari dan Indramayu. (*)    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: