Penggilingan Padi Stop Produksi, Imbas dari Harga Beras Turun

Penggilingan Padi Stop Produksi, Imbas dari Harga Beras Turun

INDRAMAYU-Sejumlah pabrik penggilingan padi di wilayah Kabupaten Indramayu bagian barat (Inbar) memilih tak beroperasi. Penyebabnya kenaikan harga gabah di tingkat petani tidak diikuti dengan penyesuaian Harga Eceran Tertinggi (HET) beras saat ini. Saat musim kemarau, harga gabah memang cenderung naik, sedangkan HET beras tak berubah. Malah harga jual beras di pasaran mengalami penurunan. Pengusaha penggilingan padipun merugi. “Stop giling, sudah sebulan lebih,” ucap Uton, buruh di salah satu pabrik penggilingan padi di wilayah Kecamatan Anjatan kepada Radar Indramayu, Rabu (13/11). Dia mengungkapkan, kelangkaan bahan baku yakni gabah bukan menjadi biang penyebabnya. Justru sebaliknya, pasokan gabah melimpah seiring masih berlangsungnya musim panen padi. Tetapi harganya terbilang tinggi. Sebaliknya, harga beras cenderung menurun. Uton menyebut, harga Gabah Kering Panen (GKP) dikisaran Rp5100-5300/kg dan Gabah Kering Giling (GKG) mencapai Rp5500-5700/kg. Sementara harga beras yang semula di atas Rp10 ribu kini turun drastis menjadi Rp9400 sekilo ditingkat penggilingan padi. “Hitung-hitungannya kita rugi. Harga beli gabah sama harga jual beras timpang,” keluhnya. Disisi lain, pemerintah melalui Bulog turut menekan harga beras dengan berbagai cara. Seperti menggelar operasi pasar murah sampai ikutan jualan beras di pasar-pasar. Dampaknya, para bandar beras dan pengusaha penggilingan padi kelimpungan. “Kita yang punya penggilingan padi kecil memilih tutup, sampai harganya seimbang,” katanya. Senada dituturkan Wasito, salah seorang bandar beras. Penggilingan padi selama ini menyerap gabah dari para petani. Tingginya harga gabah sangat mempengaruhi nilai produksi beras. Namun saat dijual ke pasar, harga beras bersaing. “Penyebab utama mati surinya usaha penggilingan beras lantaran harga gabah yang terbilang mahal. Dari hitung-hitungan bisnis, dengan pembelian bahan baku yang sudah mahal ditambah ongkos produksi serta transportasi harga jualnya tidak akan sesuai dengan HET. Jadi bukannya untung malah buntung,” tandasnya. (kho)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: