Coach Justing Kritik Para Pemain Diaspora Timnas Indonesia Belum Terstruktur, Ternyata Ini Alasannya

Coach Justing Kritik Para Pemain Diaspora Timnas Indonesia Belum Terstruktur, Ternyata Ini Alasannya-istimewa-radarindramayu.id
RADARINDRAMAYU.ID - Pengamat sepak bola Indonesia yang juga dikenal sebagai Coach Justin, kembali mengungkapkan pandangannya yang tajam mengenai perkembangan Timnas Indonesia, khususnya terkait kehadiran pemain diaspora.
Menurutnya, hingga saat ini belum terlihat adanya blueprint atau rancangan jangka panjang yang jelas dalam pemanfaatan para pemain keturunan tersebut.
Dalam pernyataannya yang disampaikan melalui kanal YouTube Kemal Palevi, Coach Justin menyebut bahwa pemain diaspora yang membela Timnas Indonesia saat ini lebih banyak dikumpulkan demi memperkuat tim secara instan, bukan karena mengikuti rencana pengembangan yang matang.
"Pemain diaspora kita belum ada blueprint. Pemain ini kan dikumpulin aja untuk memperkuat (Timnas). Jadi, sekarang butuh waktu untuk menyatukan. Makanya tambah lama tambah cocok," ujar Coach Justin.
BACA JUGA:Orang Dalam PSSI Buka Suara Soal Rencana Naturalisasi Pemain Keturunan untuk Round 4, Ini Katanya!
Tantangan dalam Menyatukan Pemain Diaspora
Proses menyatukan pemain diaspora dengan pemain lokal bukan perkara mudah. Selain soal bahasa dan budaya, gaya bermain yang berbeda juga memerlukan waktu untuk sinkronisasi.
Coach Justin menilai bahwa semakin lama para pemain ini bermain bersama, maka chemistry dan pemahaman antar lini akan semakin terbangun.
Namun hal itu tetap membutuhkan arahan yang terstruktur dan konsisten.
Pendekatan "kumpul dulu, rancang nanti" bisa saja berhasil dalam jangka pendek, tapi tanpa blueprint yang jelas, regenerasi dan konsistensi performa Timnas bisa menjadi masalah di masa mendatang.
BACA JUGA:Bukan Main! Presiden La Liga Yakin Patrick Kluivert Mampu Bawa Timnas Indonesia ke Piala Dunia!
Bukan Pemain Elite Eropa
Dalam kesempatan yang sama, Coach Justin juga tidak menutup mata terhadap kualitas para pemain diaspora.
Ia mengakui bahwa sebagian besar dari mereka belum bermain di level tertinggi Eropa atau masuk kategori pemain Grade A. Artinya, ekspektasi publik harus disesuaikan dengan realita yang ada.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: