3 Pemain Keturunan Gagal Naturalisasi karena Berbagai Alasan dari Dokumen hingga Pilihan Pribadi

RADARINDRAMAYU.ID - Proses naturalisasi pemain keturunan Indonesia kembali jadi sorotan publik. Meski ekspektasi tinggi terhadap kekuatan Timnas Indonesia, nyatanya ada tiga pemain yang nasibnya masih menggantung.

Harapan agar pemain keturunan Indonesia bisa memperkuat skuad Garuda selalu mendapat sambutan positif. Sayangnya, jalur naturalisasi yang mereka tempuh justru penuh tanda tanya.

Meski sudah diperbincangkan publik dan federasi, proses menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) bagi ketiganya belum juga rampung. Mereka pun masih menanti kejelasan.

Proses naturalisasi tidak hanya tentang niat membela Garuda, tetapi juga harus ditopang oleh dokumen yang lengkap dan kesiapan administratif yang matang.

BACA JUGA:Diwarnai Gol Bunuh Diri, Barito Putera Gagal Permalukan Persib Bandung, Kemenangan di Depan Mata Pupus

Beberapa bahkan harus berhadapan dengan keputusan pribadi yang belum bulat. Situasi ini menambah daftar panjang pemain keturunan Indonesia yang belum bisa berseragam merah putih.

Mari kita kenali lebih dekat tiga pemain keturunan Indonesia yang masih terombang-ambing dalam proses naturalisasi mereka.

1. Mauro Zijlstra

Pemain muda yang satu ini sudah menyatakan keinginan untuk memperkuat Timnas Indonesia. Namun proses administrasi masih jadi kendala utama dalam langkahnya.

BACA JUGA:Penuh Drama! Persib Tunjukkan Mental Juara, Gol Menit Akhir Pastikan Hasil Imbang Lawan Barito Putera

Anggota Exco PSSI, Arya Sinulingga, menyebutkan bahwa ada tahapan administrasi yang belum tuntas dalam proses Mauro.

“Mengenai Mauro, masih ada beberapa tahapan administrasi yang belum tuntas. Karena itu, kami belum bisa melanjutkan proses naturalisasinya,” kata Arya via kanal YouTube-nya BebAS Podcast.

Ia juga menambahkan bahwa PSSI tetap mencari jalan keluar. “Mudah-mudahan langkah-langkah yang kami tempuh bersama Mauro akan membuahkan hasil,” lanjutnya.

Dukungan federasi terhadap pemain keturunan Indonesia seperti Mauro tetap besar. Tapi birokrasi belum menunjukkan kecepatan yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya.

Sumber: