Dedi Mulyadi Ungkap Utang Rp 3,4 Triliun untuk Infrastruktur Jabar, Termasuk Pembangunan Masjid Al Jabbar

Gubernur Jabar terpilih, Dedi Mulyadi. -Foto: Instagram @dedimulyadi71-radarindramayu.id
RADARINDRAMAYU.ID — Gubernur Jawa Barat terpilih, Dedi Mulyadi, mengungkapkan bahwa provinsi yang dipimpinnya saat ini memiliki utang sebesar Rp 3,4 triliun yang diperoleh melalui Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
Dana tersebut digunakan untuk berbagai pembangunan infrastruktur di Jawa Barat, termasuk pembangunan Masjid Al Jabbar yang terletak di Gedebage, Kota Bandung.
Dalam sebuah unggahan di akun Instagram pribadinya, @dedimulyadi71, Dedi Mulyadi berbincang dengan sejumlah pejabat dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Dalam perbincangan tersebut, Dedi menanyakan lebih lanjut terkait alokasi dana PEN, salah satunya untuk pembangunan Masjid Al Jabbar.
Salah seorang pejabat mengonfirmasi bahwa sebagian dana untuk pembangunan masjid tersebut berasal dari dana pinjaman PEN.
“Jadi, Al Jabbar dibangun dari dana pinjaman?” tanya Dedi dalam percakapan tersebut.
BACA JUGA:Dokumen Naturalisasi Jairo Riedewald Masih Terkendala, Ada Kemungkinan Diundur!
Pejabat tersebut menjawab bahwa sebagian dana memang digunakan untuk proyek tersebut.
Pinjaman PEN sebesar Rp 3,4 triliun terbagi dalam dua termin.
Termin pertama, sebesar Rp 2,2 triliun, telah memasuki tahun keempat pembayaran cicilan, sementara termin kedua yang berjumlah Rp 1,2 triliun baru akan selesai pada 2029.
Setiap tahun, Pemprov Jabar harus membayar cicilan sebesar Rp 566 miliar hingga 2028, dengan sisa cicilan di tahun terakhir sebesar Rp 211 miliar.
Meskipun utang tersebut terbilang besar, Dedi Mulyadi tetap optimistis bahwa Jawa Barat dapat menyelesaikannya dengan peningkatan pendapatan di masa depan.
Dedi menegaskan kepada para pegawai Pemprov Jabar agar tidak menganggap utang tersebut sebagai beban yang berat, melainkan sebagai tantangan yang bisa diatasi bersama.
“Jangan menganggap beban yang berat, tapi ringan. Mudah-mudahan pendapatan kita ke depan meningkat,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: