BAGORE, Bawang Aneka Rasa dari Losarang, Dimasa Pandemi Mampu Raih Omset Rp111 Juta

BAGORE, Bawang Aneka Rasa dari Losarang, Dimasa Pandemi Mampu Raih Omset Rp111 Juta

INDRAMAYU – Kita semua pasti sudah terbiasa makan bawang goreng, sebagai penyedap masakan. Rasa bawang goreng yang gurih membuat masakan semakin nikmat. Tapi bawang goreng asal Losarang, Kabupaten Indramayu yang memiliki brand “Bagore” (Bawang Goreng Renyah) ini memiliki keunikan tersendiri, karena terdiri dari beberapa varian rasa yang berbeda. Selain rasa original yang sudah tidak asing lagi, Bagore juga memiliki varian rasa lain. Diantaranya rasa terasi, cumi asin, jeruk purut, pedas, terasi pedas, cumi asin pedas, jeruk purut pedas, rebon dan rasa teri. Bagore ternyata sudah merambah sejumlah kota. Bahkan juga terbang ke beberapa negara. Produksi Bagore ini dilakuan oleh Kelompok UMKM Protol Jaya, Desa Losarang Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, yang beranggotakan 30 orang. Mereka selama ini dibawah binaan Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field melalui program CSR (Corporate Social Responsibility). Ketua Kelompok Protol Jaya, Sunadi mengungkapkan, bisnis bawang goreng ini berawal ketika harga bawang merah jatuh. “Saat itu orangtua kami panen bawang, tapi harganya jatuh. Lalu kami mencoba berinovasi dengan mengolah bawang tersebut dengan cara menggorengnya,” ujar Sunadi. Dikatakan, pemasaran bawang goreng tersebut awalnya hanya dari mulut ke mulut. Kemudian mencoba menitipkan di warung-warung, toko hingga pasar tradisional. Saat ini dengan maraknya bisnis online, pemasaran Bagore juga tak ketinggalan. Menggunakan WA, Facebook, Instagram, bahkan juga bisa ditemukan di toko online Shopee. Tak heran di masa pandemic covid-19, tepatnya pada bulan Mei 2020, omset Bagore bisa mencapai Rp111 juta, dengan penjualan hingga ke mancanegara. Tentunya pencapaian ini bukan suatu yang instan. Namun melalui usaha, pengamatan dan proses belajar serta pendampingan yang diberikan oleh Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field sejak September 2019, yang bekerjasama dengan CARE LPPM Institut Pertanian Bogor (IPB). Seperti hal nya yang dialami UMKM lain, di awal masa pandemi omset Bagore turun drastis sebanyak 31% dari omzet bulan Februari 2020 yang mencapai 74 Juta Rupiah, kemudian menurun lagi sebesar 31% hingga di angka terendah yakni 38 Juta Rupiah. Kondisi ini menantang tim pendamping dari Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field dan CARE IPB untuk mecari tahu akar permasalahan dan strategi baru apa yang harus diambil. Langkah pemasaran secara daring pun harus lebih digiatkan untuk menjangkau pasar yang lebih luas. Promosi berkelanjutan melalui medial social, yang banyak diakses pengguna telepon pintar selama masa pandemic, menjadi salah satu kunci. Tentunya dengan tetap mengedepankan aspek yang menjadi perhatian calon pembeli di masa pandemi, yakni kesehatan. Sehingga saat melukan promosi aspek higenitas produk harus ditonjolkan.(oet)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: