Jelang Laga Indonesia vs China, Cuaca Diprediksi akan Bersahabat dan Menguntungkan Timnas Indonesia
Jelang Laga Indonesia vs China, Cuaca Diprediksi akan Bersahabat dan Menguntungkan Timnas Indonesia-tangkapan layar (okezone)-radarindramayu.disway.id
RADARINDRAMAYU.ID - Timnas Indonesia akan menghadapi pertandingan penting di Qingdao, China, dan kondisi cuaca di sana diprediksi akan sangat mendukung performa skuad Garuda.
Dengan suhu yang diperkirakan berada di kisaran 22 derajat Celcius, para pemain diaspora Timnas Indonesia yang bermain di Eropa diharapkan merasa lebih nyaman dan bisa tampil optimal di lapangan.
Cuaca Sejuk di Qingdao: Faktor Penting Bagi Timnas Indonesia
Cuaca yang sejuk di Qingdao jelas menjadi salah satu faktor penting dalam persiapan Timnas Indonesia.
Kondisi suhu yang lebih rendah dibandingkan pertandingan sebelumnya di Bahrain diperkirakan dapat membantu pemain tetap menjaga stamina sepanjang pertandingan.
BACA JUGA:PSSI-nya Bahrain Tutup Kolom Komentar Usai Klaim Gol Menit 90+6
Di Bahrain, suhu yang panas memaksa wasit untuk memberikan dua kali water break pada setiap babak.
Kondisi seperti ini tentu sangat melelahkan, terutama bagi pemain yang tidak terbiasa dengan cuaca panas ekstrem.
Namun, berbeda dengan situasi di Bahrain, di Qingdao para pemain diaspora Timnas Indonesia yang berkarier di Eropa akan merasa lebih familiar dengan suhu 22 derajat Celcius.
Cuaca yang sejuk seperti ini merupakan hal yang biasa bagi mereka saat bermain di kompetisi Eropa, sehingga mereka tidak perlu lagi beradaptasi dengan perubahan suhu yang drastis. Hal ini tentu menjadi keuntungan tersendiri bagi Timnas Indonesia.
BACA JUGA:Netizen Bahrain Menolak Fakta, Sebut Gol Terakhir Bahrain Sesuai dengan Ketentuan di Menit ke-96
Keuntungan Bagi Pemain Diaspora
Seorang pengamat sepak bola, Gusnul Yakin, memberikan pandangannya mengenai cuaca di Qingdao dan bagaimana hal tersebut dapat memberikan dampak positif pada performa Timnas Indonesia.
Menurutnya, suhu sejuk di China akan sangat membantu, terutama bagi pemain diaspora yang terbiasa dengan kondisi serupa di Eropa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: