Berwisata Religi Diisi Tahlil dan Doa Bersama, Padat saat Jumat Kliwon di Situs Makam Syeikh Abdurrahman

Berwisata Religi Diisi Tahlil dan Doa Bersama, Padat saat Jumat Kliwon di Situs Makam Syeikh Abdurrahman

Berbagai cara dilakukan sebagian umat Islam untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Salah satunya adalah berziarah ke makam para wali dan alim ulama. Situs yang mulai banyak dikunjungi adalah makam Syekh Abdurrahman yang baru ditemukan satu tahun lalu. Bagaimana suasananya? JAMAL, Indramayu SITUS Makam Syeikh Abdurrahman baru ditemukan pada tahun lalu tepatnya pada tanggal 9 Desember 2019 pukul 15.00 WIB. Makam itu berada di lokasi tempat pemakaman umum Buyut Jangkung Desa Kiajaran Wetan Blok Langgen Kecamatan Lohbener. Makam keramat itu ditemukan oleh Ketua Situs Makam Syeikh Abdurrahman Taupik Tabroni berdasarkn petunjuk dari KH M Abbas bin Fuad Hasyim MA dari Pesantren Buntet Cirebon. Setelah ditemukan dan diresmikan, makam itu kini dikunjungi oleh banyak orang yang ingin berziarah. Paling ramai situs ini dikunjungi di hari Jumat Kliwon dalam kalender Jawa. Kali pertama makam itu ditemukan oleh Taupik Tabroni tertutup oleh gundukan tanah. Namun atas petunjuk dari gurunya KH M Abbas bin Fuad Hasyim yang memiliki kelebihan dalam hal kebatinan menyingkap di balik gundukan itu ternyata ada makam orang suci yang hanya ditutupi oleh batu bata persegi panjang dengan ukuran kira-kira 2 x 4 meter. Menurut Ketua Situs Makam Syeikh Abdurrahman, Taupik Tabroni, tradisi unjungan ini sudah sejak lama dilakukan di tanah Jawa, termasuk di Kabupaten Indramayu. Ketimbang desa lain, Desa Kiajaran Wetan termasuk yang paling lama merawat tradisi unjungan sampai sekarang. “Tujuannya tidak lain untuk mengenang para pendahulu buyut kita yang telah wafat mendahului anak keturunannya. Kita berkumpul dan mengirimkan doa bersama. Terlebih telah ada makam ulama di sini, jadi keberkahan pemakaman ini juga mengalir bagi para peziarah yang ingin mengetahui sejarah para penyebar agama Islam,” tutur Taupik Tabroni. Peringatan unjungan selain berisi tahlil dan doa bersama. Ada juga kegiatan pengajian akbar yang diisi ceramah agama oleh kiai kondang semisal KH M Abbas bin Fuad Hasyim dari Pesantren Buntet Cirebon atau kiai ternama lainnya. Para tamu ziarah bukan hanya dari masyarakat Indramayu, ada juga yang dari Serang, Banten, Bogor, Karawang, Subang, dan kota atau kabupaten lainnya. “Mereka anak cucu keturunan atau karib kerabat keluarga yang dimakamkan di  Pemakaman Umum Buyut Jangkung Desa Kiajaran Wetan Blok Langgen Kecamatan Lohbener, berkumpul di sini saling bersilaturahmi dalam momen tahunan ini. Ini juga menaikkan roda perekonomian bagi warga sekitar. Mereka bisa berjualan dan berdagang di sini secara bebas. Yang paling penting sebenarnya mengingat kematian itu. Supaya manusia sadar akan bekal hidup setelah kematian menghadap Allah SWT,” tuturnya. Dijelaskan Taupik, akar sejarah unjungan ini sangat lama. Maka dari itu, tradisi gabungan antara budaya dan agama ini perlu terus dilestarikan. Sebab memiliki nilai-nilai kearifan lokal yang begitu tinggi. Sudah sepatutnya Pemerintah Kabupaten Indramayu bersama forum komunikasi kecamatan serta pemerintah desa merawat tradisi ini untuk saat ini dan seterusnya. Dan situs ini masuk dalam cagar budaya yang terdaftar sebagai warisan daerah Kabupaten Indramayu. Semoga! (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: