Bantaran Sungai Dipenuhi Sampah

Bantaran Sungai Dipenuhi Sampah

INDRAMAYU-Kebiasan buruk warga membuang sampah sembarangan kian memprihatinkan. Tak pandang tempat. Bantaran saluran irigasi pun kini jadi lokasi baru pembuangan sampah.

Seperti terpantau di sepanjang bantaran Saluran Sekunder (SS) Eretan, Kamis (21/1). Dulu bersih, puluhan titik di tepian jalan raya Lempuyang-Plawangan Bongas itu kini dipenuhi dengan tumpukan sampah.

Berasal dari warga yang membuang sampah sembarangan di sana. Ada yang menggunakan karung, kantung plastik ada pula yang bercecer. Aneka sampah organik dan anorganik bercampur sulit dipilah.

Bangkai hewan dan kotoran ternakpun dibuang sembarangan di lokasi tersebut. Tak heran bila muncul bau menyengat.

Salah seorang warga, Waskana mengungkapkan, kondisi seperti itu sudah berlangsung sejak lama. Banyak warga yang sengaja membuang sampah ke bantaran irigasi yang letaknya cukup jauh dari pemukiman penduduk.

Mula-mula tak banyak yang membuang sampah dilokasi itu. Namun seiringnya waktu banyak warga yang membuang sampah ke bantaran saluran irigasi itu. Lama-lama dibiarkan, membuat sampah menumpuk. “Sengaja dibuang disana. Kalau dekat rumah-rumah warga pasti dimarahi,” ucapnya.

Sejatinya, lanjutnya, warga mengetahui jika membuang sampah sembarangan bukan perbuatan terpuji. Tetapi kemungkinan terpaksa dilakukan lantaran ketidaktersediaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah.

Hal itu dibenarkan Dirka, tokoh masyarakat di Kecamatan Bongas. Menurutnya, persoalan pengendalian sampah masih menjadi pekerjaan rumah bagi Pemerintah Kabupaten Indramayu. Jumlah TPA sampah yang selama ini ada, dinilai belum cukup ideal dibanding dengan luas wilayah serta produksi sampah rumah yang dihasilkan.

Karena itu, kebutuhan TPA sampah yang tersebar merata dan memiliki daya tampung optimal dinilai sudah sangat mendesak. “Seharusnya setiap desa ada satu TPA. Idealnya,” katanya.

Keberadaan TPA menjadi jalan terakhir dari strategi banyak pihak dalam melakukan pengendalian sampah. Dia melihat, sebenarnya masyarakat sudah memiliki kesadaran untuk tidak membuang sampah disembarang tempat.

Bahkan, sejumlah elemen masyarakat, turut berkontribusi dengan memproses dan mendaur ulang berbagai jenis sampah menjadi komoditi berharga misalnya menjadi kompos atau kerajinan tangan. Dengan demikian, volume sampah bisa diminimalkan.

Demikian pula dengan jajaran pemerintah desa (Pemdes) yang memfasilitasi tempat pembuangan sampah sementara, armada pengangkut sampah disamping menggencarkan gerakan pengendalian sampah melalui aksi gotong royong maupun kerja bakti.

“Hanya saja persoalannya, sampah yang terkumpul dan tidak bisa diolah itu mau dikemanakan? Tentu jalan terakhirnya adalah dikirim ke TPA. Persoalannya, TPA yang ada sekarang sudah penuh dan lokasinya terlalu jauh. Hingga akhirnya sampah itu dimusnahkan dengan cara dibakar,” terangnya. (kho)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: