Budidaya Garam Ala Pondok Pesantren As Salafiyah Berbuah Manis

Budidaya Garam Ala Pondok Pesantren As Salafiyah Berbuah Manis

MANIS : Budidaya garam di Kecamatan Krangkeng Kabupaten Indramayu, Jawa Barat tengah mengalami perkembangan, dengan meningkatnya jumlah permintaan. Tampak petani garam tengah mengumpulkan garam hasil panen-UTOYO PRIE ACHDI-RADAR INDRAMAYU

INDRAMAYU, RADARINDRAMAYU.ID –Garam memang asin. Tapi budidaya garam ternyata bisa berbuah manis. Asalkan dilakukan secara serius dan profesional.

Siapa sangka penghasilan petani garam ternyata cukup besar. Bayangkan saja, dalam satu hari petani garam ternyata bisa mendapatkan penghasilan hingga Rp500 ribu. Penghasilan yang sangat tinggi, beda jauh dibandingkan gaji ASN. Apalagi gaji wartawan!

Kusnandar (45), siang itu terlihat sibuk mengangkut garam yang baru selesai di panen. Dengan menggunakan gerobak dorong, ia bolak balik mengangkut garam untuk dikumpulkan.

Petani garam asal Desa Kalianyar Kecamatan Krangkeng, Kabupaten Indramayu , Jawa Barat ini rela berpanas-panasan di bawah terik matahari. Semua itu tentu demi cuan. Demi uang.

BACA JUGA:Gerabah Sitiwinangun Masih Bertahan, Ternyata Ada yang Punya Pelanggan Khusus

BACA JUGA:Herman Khaeron Temui Mahasiswa Unwir, Sosialisasikan Kebijakan Kemendag

Semangat Kusnandar yang tinggi, ternyata disebabkan saat ini permintaan garam sedang tinggi. Harga garam juga masih relatif tinggi, Rp1000 per kilogram.

Kusnandar mengaku sangat menikmati profesinya sebagai petani garam. Ia pun mengaku bisa mendapatkan penghasilan hingga Rp500 ribu dalam satu hari.
“Alhamdulillah sudah bisa beli motor. Ini malah anak saya juga sudah minta dibelikan skuter listrik,” ungkapnya bangga.

Selain Kusnandar yang bisa menikmati manisnya budidaya garam, petani garam lainnya, Supandi juga mengungkapkan kisahnya melakukan budidaya garam demi menghidupi pesantren.

Adalah Pondok Pesantren (Ponpes) As Salafiyah Kalianyar Kecamatan Krangkeng, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, yang terletak di ujung timur Indramayu atau berbatasan dengan Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. 

BACA JUGA:Polisi Amankan Tujuh Pemuda yang Bawa Sajam dan OKT

BACA JUGA:Kandang Ayam Ludes Terbakar, Sebanyak Tiga Ribu Ekor Ayam Mati Terpanggang, Kerugian Capai Rp75 Juta  

Ponpes ini mampu mengatasi  persoalan keuangan, dengan melakukan budidaya garam. Budidaya garam dipilih, karena potensi alam yang ada di Kecamatan Krangkeng, Kabupaten Indramayu memang sangat mendukung untuk usaha ini.

Di  atas lahan seluas 28 hektar  di Desa Kalianyar Kecamatan Krangkeng Kabupaten Indramayu,  ladang garam milik Ponpes As Salafiyah terbentang luas. Budidaya garam ini juga melibatkan wali santri, guru dan masyarakat sekitar.

Supandi adalah inisiator program ini. Supandi selaku pengurus Ponpes As Salafiyah yang juga petani garam,  tercetus untuk melakukan budidaya garam demi menghidupi pesantren.

“Biaya operasional pesantren itu tinggi. Sementara tidak mungkin kita mengandalkan dari wali santri. Jadi saya kepikiran untuk melakukan budidaya garam,” ungkapnya, Jum'at 27 Oktober 2023.

BACA JUGA:Bukan Cuma Tampilkan Scooter Stylish, Yamaha Gandeng The Palace Jeweler Hadirkan Fashion Collaboration

BACA JUGA:Yamaha Nmax di Bandung Hidupkan Trend Modifikasi Air Brush Futuristik

Gagasan Supandi mendapat sambutan positif dari para guru di pesantren tersebut. Termasuk para wali santri (orang tua santri). Mereka pun ikut bersama-sama melakukan budidaya garam.

Supandi mengaku sempat mengalami hambatan di awal usahanya. Karena saat itu garam yang dihasilkan adalah garam KW3 sehingga harganya pun rendah. Hanya Rp400 per kilogram.

Inovasi terus dilakukan, agar kualitas garam meningkat dan harga garam terdongkrak. Setelah melakukan riset bersama pihak pesantren dan masyarakat petani garam, akhirnya mencoba untuk melakukan budidaya garam dengan menggunakan plastik geomembrane untuk proses pengendapan garam.

Hasilnya sesuai harapan. Garam yang dihasilkan lebih berkualitas. Lebih bersih karena tidak bercampur tanah, dan harganya pun tak lagi murah. Pernah mencapai harga tertinggi Rp3500 per kilogram.

BACA JUGA:Bebas dan Minta Maaf, Rohadi Dijemput Keluarga hingga Mantan Bupati Supendi

BACA JUGA:Pengalaman Seru! Bupati Nina Jadi Navigator Pembalap Kerjunas Sprint Rally Tarmac 2023

Dalam menjalankan usaha budidaya garam ini, pihak Ponpes As Salafiyah juga melibatkan masyarakat sekitar. Memberdayakan mereka untuk bersama-sama melakukan usaha.

Pendapatan yang diperoleh masyarakat sekitar sebagai pengelola tambak garam juga cukup besar, yakni 50 persen dari total pendapatan. “Jadi hasilnya 50 persen untuk kami dari pihak pesantren, dan 50 persen untuk pihak pengelola,” ujar Supandi.

Setelah berhasil meningkatkan kualitas garam yang diproduksi, Supandi terus berupaya untuk meningkatkan kuantitas produksi. Pasalnya, permintaan garam ternyata terus merangkak naik.

Permintaan datang dari berbagai kota  di Jawa hingga luar Jawa. Mulai dari Jakarta, Kuningan, Lampung, Padang, dan beberapa kota lainnya.

BACA JUGA:Persib Bandung Pesta Gol, Finish di Peringkat 2 Putaran Pertama BRI Liga 1 2023/2024

Supandi mengaku kaget ketika tiba-tiba ada bantuan dari Pertamina  untuk pengembangan usaha budidaya garam. Ia mengakui sempat mengajukan permohonan bantuan kepada pemerintah, tapi ternyata yang datang justru dari Pertamina.

“Alhamdulillah kami dibantu Pertamina melalui Pertamina RU-VI Balongan. Bantuan tersebut kami gunakan untuk membeli peralatan dalam menunjang proses produksi garam,  seperti membeli 32 ribu  karung  dan 68 roll plastik Geomembrane,”  ungkap Supandi.

Area Manager Communication, Relation and CSR PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) RU VI Balongan,  Mohamad Zulkifli menjelaskan, bantuan dana yang diberikan PT Pertamina (Persero) kepada Pesantren Assalafiyah sebesar Rp 300 Juta Rupiah.

Zulkifli menjelaskan, sebelum dana bantuan ini disalurkan, Pertamina melalui RU VI Balongan terlebih dahulu melakukan survey, monitoring maupun verifikasi lapangan. Ini untuk memastikan agar bantuan yang disalurkan tepat sasaran.

BACA JUGA:PT Polytama Bersinergi dengan Pemkab Indramayu Luncurkan Biodigester. Merubah Sampah Menjadi Energi

“Bantuan ini merupakan bentuk komitmen Pertamina agar usaha yang dijalani kelompok masyarakat ini bisa lebih maksimal, sehingga berdampak pada peningkatan perekonomian masyarakat”, terang Zulkifli.

Tambak garam yang dikelola Pesantren As Salafiyah  saat ini dapat memproduksi sekitar 1-2 ton perhari. Kualitas garam yang bagus, membuat pihak pesantren kewalahan menerima pesanan dari berbagai daerah.

Dampak budidaya garam yang dilakukan pesantren, saat ini warga Desa Kalianyar yang biasanya menganggur bisa ikut bekerja  di tambak garam. Ada yang menjadi kuli angkut, tukang keruk garam, dan yang lainnya.

Sementara bagi pesantren, pendapatan dari budidaya garam digunakan untuk membeli sarana dan prasarana sekolah. Juga  membantu biaya operasional pesantren.

BACA JUGA:Sepatu Ulvi’s Karya Ponpes Progresif RPK Ulfiyah Indramayu Cukup Diminati,Berdayakan Warga Sekitar

Diantaranya dialokasikan untuk subsidi sekitar 100 santri yatim yang mendapat pendidikan secara gratis di pesantren.

Pengasuh Ponpes As Salafiyah, KH Asror Sobari, mengaku sangat bersyukur atas bantuan dari pihak Pertamina. Menurutnya, bantuan tersebut sangat membantu dalam  peningkatan budidaya tambak garam yang dilakukan pesantren. Imbasnya, biaya operasional pesantren juga ikut terbantu. “Alhamdulillah,” ungkapnya.(oet)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: