Harga Gabah Tak Menentu, Tukang Tebas Padi Langka

Harga Gabah Tak Menentu, Tukang Tebas Padi Langka

INDRAMAYU-Sejumlah desa di wilayah Kecamatan Bongas mulai memasuki musim panen padi. Berbeda dengan musim panen sebelumnya, para petani disana mulai kehilangan tukang tebas.

Yakni para spekulan yang berani membeli hasil panen dengan cara taksiran padi masih di sawah.

Salah seorang petani di Desa Bongas, Iis mengungkapkan, panen padi musim sadon ini keberadaan tukang tebas mulai langka. Padahal, mereka sangat diharapkan para petani. Pasalnya, tukang tebas yang kebanyakan berasal dari luar Kabupaten Indramayu berani membeli padi dengan harga tinggi kendati hasil panennya belum dihitung.

“Biasanya untuk panen gadu ini, tukang tebas biasanya berani bayar dengan harga tinggi. Tapi entah kenapa, tukang tebas langka. Biasanya semenjak jelang panen, ramai datang ke sawah-sawah petani,” kata dia kepada Radar, Kamis (2/9).

Lebih lanjut, dikatakan Iis, saat ini banyak petani yang memilih jual padi dengan sistem tebas. Dinilai lebih praktis dibandingkan memanen sendiri karena petani tidak perlu lagi memikirkan tentang biaya panen hingga pascapanen.

Selain petani tak mau repot, selisih pendapatan antara sistem tebas dengan sistem panen sendiri tak terlalu tinggi. “Yang paling utama sih, petani butuh duit cepat. Buat bayar utang sama modal persiapan sambut musim rendeg,” ujarnya.

Raksa Bumi Desa Bongas, Waskim membenarkan. Petani di desanya sangat mengandalkan para tukang tebas. Malah semakin banyak tukang tebas semakin menguntungkan petani. Karena saat mereka bersaing, harga beli gabah di lapangan bisa naik tajam.

Kondisi ini menjadi salah satu dorongan para petani untuk menjual padi dengan sistem tebas. “Tapi tergantung padinya juga. Kalau kualitasnya bagus, harganya bisa mahal dibeli sama tukang tebas. Tapi rata-rata mereka mau beli gabah dengan harga yang cukup memadai,” kata dia.

Waskim menduga, langkanya tukang tebas bukan karena adanya Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Tetapi gegara harga gabah tak stabil, bahkan cenderung turun.

Seperti yang terjadi pada musim panen rendeng sebelumnya. Para tukang tebas mengalami kerugian sangat besar gegara harga gabah merosot tajam. “Saat beli tebasan harga gabahnya dikisaran Rp4700 per kilogram. Setelah itu harga gabah malah anjlok sampai Rp4200 per kilogram. Tukang tebas pada rugi besar. Mungkin itu penyebabnya sekarang tukang tebas langka,” jelasnya.

Kalaupun ada, tambahnya, mereka memilih membeli gabah petani yang sudah dipanen. Baik GKP maupun GKG dengan cara menimbang langsung. Meski keuntungan yang didapat sedikit, namun resiko kerugian bisa diminimalisir. (kho)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: