Reputasi Segalanya
--
Petani sawit awalnya memuja Presiden Jokowi. Terutama atas kebijakan mendorong sertifikasi tanah 2 hektare milik petani sawit. Juga atas pemberian kredit kecil itu –meski sudah lima tahun plafon kreditnya tidak naik. Larangan ekspor sapu jagat kemarin telah membuat jasa sertifikasi itu tenggelam ke dasar kolam. Dan kini kolam itu lagi dibersihkan. Pencabutan larangan ekspor CPO itu membuat keluhan petani sawit akan berakhir. Mestinya. Toh belum sangat telat.
Yang mengejutkan adalah perkembangan di sektor hukumnya: Lin Che Wei ditahan. Nama ini pernah sangat terkenal di awal reformasi. Ia berada di barisan ''harapan baru dari generasi baru bangsa''.
Reputasi Lin Che Wei bisa disejajarkan dengan Kwik Kian Gie. Menang muda. Ganteng. Agak tambun. Seperti Kwik,
Che Wei sangat kritis. Terutama pada praktik bisnis yang tidak jujur. Ia pengkritik keras grup Lippo. Seperti juga Kwik. Che Wei sampai digugat Lippo lebih Rp100
miliar.
Waktu itu Che Wei menganalisis gerakan grup konglomerat itu yang akan menguasai kembali Bank Lippo. Che Wei mampu mengumpulkan informasi dari dalam pasar modal. Bank Lippo diambil alih pemerintah setelah krisis moneter 1998. Waktu itu Bank Lippo
Dianggap menggunakan dana talangan Bank Indonesia untuk grupnya sendiri. Sebesar Rp450 miliar.
Akhirnya di tahun 2004 Bank Lippo ditebus oleh sebuah lembaga keuangan Eropa. Grup Lippo lewat PT Lippo E-net masih memegang saham 5,7 persen. Setahun kemudian grup Khasanah Malaysia membeli Bank Lippo itu sepenuhnya.
Waktu itu Khasanah sudah memiliki bank di Indonesia: CIMB-Niaga. Yakni ketika Bank Niaga dibeli CIMB Malaysia milik Khasanah. Kelak di tahun 2008, Bank Lippo merger ke dalam bank CMB Niaga. Sejak itu nama Bank Lippo lenyap.
Kala itu Malaysia dianggap kalah pintar dengan Singapura. Khususnya di saat Indonesia lagi obral bank. Singapura dianggap berhasil mendapat daging dagingnya. Malaysia tinggal dapat tulangnya. Tulang Lippo. Saya seperti tidak percaya Che Wei jadi tersangka. Tapi berita itu bukan hoax.
Dari pernyataan Kejagung selama ini, mereka yang ditangkap adalah yang dianggap melanggar UU Perdagangan. Namun kemudian pasal yang disangkakan pasal 2, pasal 3, pasal 18 UU Tipikor.
Saya lihat wajah Che Wei tenang. Saat diborgol. Ia seperti punya keyakinan tidak bersalah. Saya kenal ia. Dulu. Ketika masih sering menugaskan wartawan untuk mewawancarainya.
Ia analis pasar modal yang andal. Analis keuangan yang brilian. Ia penulis yang produktif. Ia pembicara seminar ekonomi yang tangkas. Pandangannya tajam. Kritis. Hanya tidak tengil seperti Kwik Kian Gie.
Saya menghubungi Kwik kemarin. Untuk saling tukar info tentang Che Wei. Tidak tersambung. Dua pekan lalu, ketika saya bicara soal Guntur Soekarnoputra Kwik masih semangat. Hanya saja ia mengaku sudah tidak bisa tiap hari dansa. Ia mengaku lagi sakit.
Tapi bahwa Che Wei sampai ditahan saya khawatir ada yang serius. Chei Wei adalah konsultan. Termasuk konsultan tiga perusahaan sawit yang dianggap melanggar larangan ekspor CPO itu.
Anda sudah tahu: Che Wei juga konsultan banyak pejabat tinggi. Sejak awal reformasi. Terakhir masih menjadi konsultan menteri perdagangan. Itu menurut Kejagung. Tapi Kejagung juga sudah meneliti: sejak Januari 2022 Che Wei tidak punya jabatan apa pun di Kemendag. Saya merenungkan dunia birokrasi kita: jangan-jangan hanya karena SK-nya masih lupa, belum diperpanjang.
Apa pun di mata Kejagung Che Wei adalah orang luar. Tapi ia masih sering ke Kemendag dan memengaruhi kebijakan di situ.
Entahlah. Memang belum jelas benar posisi Che Wei dalam pusaran perkara ini. Yang jelas Dirjen Daglu, Indrasari Wisnu Wardhana, masih di dalam tahanan. Demikian juga Master Parulian Tumanggor, komisaris PT Wilmar Nabati Indonesia. Juga, Stanley MA, manager
senior Permata Hijau Grup (PHG). Dan, Picare Tagore Sitanggang, GM PT Musim Mas.
Kasus ini kelihatannya tidak berat. Tapi karena ini menyangkut reputasi Presiden Jokowi –yang sampai membuat ratingnya turun lebih 10 persen– bisa jadi ini sangat serius. Dan reputasi adalah segala-galanya bagi Presiden Jokowi. Rasanya. Kalau tidak salah. (dahlan iskan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: