Kaus Oblong
Dahlan Iskan--
YANG ramai di medsos justru kaus oblong itu. Pun sebelum Presiden Jokowi tiba kembali di Tanah Air dua hari lalu. Salah satu komentar masuk ke HP saya.
Sampai ada yang provokatif: "Cilaka...Presiden dari 273 juta rakyat, diterima oleh Elon Musk (pemilik Tesla) yang hanya pake Kaos Oblonk yang sudah dipake tidur 5 hari 5 malam..._______. Hayooo bung, bangkit melawan penghinaan itu...!!!_________", tulis salah satu reaksi itu.
Saya pun memberi komentar padanya: "Kekayaan Elon Musk itu lebih besar dari seluruh PDB Indonesia." Dan lagi, dari mana tahu soal lima harmal itu. Ia masih membalas. Dengan mengirim foto pembanding: ketika Elon Musk bertemu Presiden Turki Erdogan. Elon Musk pakai jas lengkap.
Tapi, rasanya, foto itu bukan ketika Erdogan berkunjung ke tempat Elon Musk. Itu seperti foto di suatu forum tertentu. Beda.
Ketika Elon Musk yang menjadi tuan rumah, maka terserah tuan rumah. Tamu tidak bisa mengatur. Biar pun itu seorang presiden. Ini Amerika.
Terserah tamunya. Mau atau tidak –diterima oleh tuan rumah yang hanya pakai kaus oblong. Saya tidak melihat keanehan apa pun di peristiwa ini. Saya juga tidak melihat satu penghinaan.
Kecuali, kalau biasanya Elon Musk selalu pakai jas lengkap. Hanya ketika menerima Presiden Jokowi saja pakai kaus oblong. Itu baru bisa dianalisis ada apa. Tapi semua orang tahu: itulah Elon Musk. Lebih suka pakai kaus oblong. Pun di acara sepenting peresmian pabrik gigantiknya di Austin, Texas, bulan lalu.
Maka saya lihat tidak ada yang salah sama sekali. Apalagi Presiden Jokowi juga sudah "'menyesuaikan" diri: tidak pakai jas lengkap. Hanya pakai hem putih lengan panjang. Bagian bawahnya tidak dimasukkan ke celana. Tidak pakai dasi. Itu sudah lima tingkat di bawah formal.
Urutan keformalan tentu Ivan Gunawan yang lebih hafal. Saya coba saja urutannya begini: paling formal adalah black tie. Di bawah itu jas lengkap pakai sapu tangan di saku. Lalu jas lengkap warna ringan. Di bawahnya lagi, jas tanpa dasi. Lalu dasi tanpa jas.
Sedang yang dipakai Presiden Jokowi sudah lima derajat di bawah formal tertinggi. Cukup mengimbangi Elon Musk. Lantas ada juga yang mempersoalkan "kok bagian protokol kepresidenan membiarkan kaus oblong itu terjadi".
Demikian juga "kok protokol kementerian luar negeri teledor".
Rasanya tidak ada yang perlu disalahkan. Mungkin bagian protokol sudah menanyakan ke staf Elon Musk: "Beliau nanti sewaktu menerima presiden kami mengenakan pakaian apa". Lalu dijawab: seperti biasa, kaus oblong.
Ya sudah.
Informasi itu penting tapi hanya untuk disampaikan ke Presiden Jokowi. Agar presiden menyesuaikan diri. Bukan untuk mendikte tuan rumah. Bahwa Presiden Jokowi mengenakan lima derajat di bawah formal-penuh rasanya itu sudah hasil penyesuaian itu.
Bagi saya yang terpenting adalah isi pertemuan itu. Bukan kaus oblongnya. Tentu banyak presiden yang minta bertemu Elon Musk. Dan tidak semua dikabulkan. Harus saya akui, bisa bertemu Elon Musk adalah prestasi.
Kita perlu Elon Musk. Syukur-syukur kalau Elon Musk juga perlu kita.
Elon Musk adalah emas. Yang diperebutkan dunia. Apalagi kalau pemilik Tesla itu benar-benar mau berinvestasi di Indonesia. Untuk membangun pabrik baterai mobil listrik di sini. Kan kita punya bahan bakunya. Lengkap: nikel. Juga aluminium. Pun mangaan. Termasuk karet.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: disway.id