Hal ini, menurutnya, harus menjadi kesadaran semua orang bahwa keutuhan bangsa dan negara adalah nomor satu, terlepas dari segala macam kompetisi persaingan dan sebagainya.
BACA JUGA:Kabupaten Indramayu Targetkan UHC Capai 95 Persen Akhir Tahun Ini
BACA JUGA:Hari Ini, STIKes Indramayu Gelar Wisuda, Lahirkan SDM Terbaik yang Siap Bekerja Secara Profesional
“Dan saya kira rakyat harus menjadikan ini juga sebagai tolok ukur. Kalau ada aktor yang main rusak-rusakan ya, jangan dipilih, begitu saja,” ungkap Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Rembang, Jawa Tengah itu.
Gus Yahya menambahkan, poin selanjutnya yang perlu diingat adalah meningkatkan kesadaran bahwa pemilu merupakan salah satu instrumen dan prosedur dalam demokrasi. Ini adalah mekanisme di mana rakyat mengungkapkan pandangan politik dan memilih pemimpin yang akan mewakili kepentingan rakyat.
“Yang kedua, mari kita kembangkan kesadaran bahwa demokrasi ini prosedur saja. Ini bukan soal hidup mati, ini bukan perang sabil, soal memilih Imam Mahdi, misalnya. Bukan soal begitu,” terangnya.
“Prosedur saja, karena kita butuh pemimpin, kita sudah sepakat menjadi republik dengan demokrasi caranya memilih pemimpin melalui prosedur pemilu.
BACA JUGA:13 RSUD di Jawa Barat Terima Hibah Ventilator
Dan mari kita membuat pilihan kita, masing-masing boleh beda, saya dengan Sekjen belum tentu sama pilihannya, dengan yang lain-lain ini (juga). Tapi, mari kita biasakan diri untuk beda dengan santai. Supaya hidup ini lebih nyaman untuk semua orang,” tutupnya. (kho)