KDM, Musyawarah itu Indah dan Membawa Berkah Menuju Jabar Istimewa
Supendi Samian. --radarindramayu.id
KDM, Musyawarah itu Indah dan Membawa Berkah Menuju Jabar Istimewa
Oleh:
Supendi Samian
Pengurus PWNU Jabar
RADARINDRAMAYU.ID - Kepemimpinan dalam konteks pemerintahan daerah bukan sekadar jabatan struktural, melainkan amanah besar yang mengandung tanggung jawab moral, sosial, politik, dan spiritual.
Seorang pemimpin dituntut tidak hanya memiliki visi kuat dan keberanian dalam bertindak, tetapi juga kearifan dalam membaca realitas masyarakat yang majemuk.
Dalam konteks ini, sosok Kang Dedi Mulyadi (KDM), tokoh yang dikenal dengan gaya blusukannya, ketegasannya dalam mengambil kebijakan, serta keberpihakannya kepada rakyat kecil, telah menorehkan banyak kesan di hati masyarakat Jawa Barat (Jabar).
Namun demikian, dalam praktiknya, tidak sedikit pihak yang menilai bahwa pendekatan kebijakan yang diambil cenderung bersifat personal dan top-down, atau dikenal sebagai gaya kepemimpinan one man show.
Hal ini menjadi persoalan ketika keputusan-keputusan penting tidak melalui proses dialog dan musyawarah yang cukup dengan para representasi masyarakat, seperti DPRD, ormas Islam dan non-Islam, ulama, budayawan, tokoh adat, serta kelompok strategis lainnya.
Padahal, dalam sistem pemerintahan demokratis dan dalam nilai-nilai luhur budaya serta ajaran Islam, musyawarah merupakan fondasi yang tidak dapat diabaikan.
Musyawarah bukan hanya mekanisme formalitas birokrasi, tetapi juga ruh dalam pengambilan keputusan yang menjamin keberpihakan pada kepentingan bersama, bukan hanya pada sudut pandang pemimpin semata.
Dalam Islam, musyawarah adalah perintah langsung dari Allah SWT, yang tercantum dalam Al-Qur’an dan diperkuat oleh teladan Nabi Muhammad SAW.
Dalam budaya Sunda pun, nilai musyawarah terpatri dalam filosofi hidup yang menjunjung tinggi kebersamaan, harmoni, dan kearifan lokal.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
