KDM, Musyawarah itu Indah dan Membawa Berkah Menuju Jabar Istimewa
Supendi Samian. --radarindramayu.id
Kepemimpinan adalah amanah besar yang memerlukan kebijaksanaan, kesabaran, serta keterbukaan hati dan pikiran dalam mendengarkan suara rakyat.
Pemimpin yang baik tidak hanya dilihat dari keberanian dan ketegasannya dalam bertindak, tetapi juga dari kemampuannya merangkul semua unsur masyarakat dalam semangat kebersamaan dan musyawarah.
Gaya kepemimpinan one man show, meskipun kadang muncul dari niat baik untuk bertindak cepat dan efektif, tetap perlu dikritisi jika mengabaikan prinsip-prinsip kolektifitas dan representasi masyarakat.
Dalam ajaran Islam, musyawarah bukan sekadar sarana, tetapi merupakan nilai pokok dalam tata kelola kehidupan umat manusia.
Allah SWT menegaskan dalam Al-Qur’an:
"Dan (bagi) orang-orang yang menerima (taat) kepada Tuhannya dan mendirikan salat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka..."
(QS. Asy-Syura: 38)
Nabi Muhammad SAW pun memberi teladan, meskipun beliau seorang utusan Allah, namun dalam banyak urusan, beliau tetap bermusyawarah dengan para sahabatnya:
"Tidak akan kecewa orang yang bermusyawarah.”
(HR. Thabrani)
Dalam pandangan fikih siyasah, pemimpin tidak boleh memaksakan kehendaknya jika bertentangan dengan kemaslahatan umum. Kaidah menyatakan:
*Tasharruful imam ‘ala ra’iyyatihi manuthun bil maslahah"
(Kebijakan seorang pemimpin terhadap rakyatnya harus didasarkan pada kemaslahatan bersama).
Senada dengan nilai-nilai Islam, filsafat hidup Sunda juga menjunjung tinggi prinsip kebersamaan dan harmoni dalam setiap tindakan. Leluhur Sunda mengajarkan:
"Rembug téh kudu disorang heula, saméméh lampah dicorang."
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:

